Record Detail
Advanced SearchText
Konsep Perceraian (Berarak) Menurut Adat Orang Dayak Ketungau (Sebuah tinjauan antropologis filosofis)
Kehidupan manusia selalu berkembang dan berubah-ubah seiring dengan perkembangan zaman. Perkembangan itu dapat melahirkan pandangan, pemaknaan dan penghayatan manusia terhadap hal tertentu termasuk dalam hal budaya. Budaya-budaya yang mengakar dalam masyarakat tertentu bisa berubah sesuai dengan kebutuhan manusia. Masyarakat Dayak Ketungau khususnya suku Dayak Ketungau Sebaru mempunyai adat-istiadat yang unik sebab bunyi hewan pertanda atau mimpi tertentu dapat menceraikan suami-istri. Adat-istiadat tersebut pada saat ini mengalami perubahan seiringan dengan pemahaman manusia yang dipengaruhi berbagai hal seperti teknologi, agama dan lain-lain. Artinya adat-istiadat lama bisa saja dipandang sebelah mata karena dinilai irasional atau kuno. Oleh sebab itu penulis ingin menggali nilai-nilai yang terdapat dalam adat-istidat khususnya mengenai konsep perceraian yang terdapat dalam suku Dayak Ketungau Sebaru yang ada di Kampung Sungai Pelaik, Kelurahan Sungai Lais, Kecamatan Kelam Permai, Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat. Adat-istiadat Perkawinan atau bisa juga disebut dengan hukum perkawinan yang ada dalam masyarakat Dayak Ketungau Sebaru selalu dilihat dalam kerangka relasional. Artinya hukum perkawinan khusunya yang terkait tentang perceraian hendak menyatakan relasi manusia dengan alam, sesama dan Tuhan. Perceraian yang berasal dari keinginan dari pihak manusia perlu melewati proses yang rumit sebab keutuhan keluarga sangat dipandang baik. Perceraian yang disebabkan oleh suara hewan pertanda atau mimpi tertentu diakui sebagai kehendak yang Ilahi, Tuhan. Oleh sebab itu adat (pengurus adat) atau lembaga adat bertugas menegaskan bahwa pentingnya keutuhan keluarga sembari menjaga relasi dengan sesama, alam dan Tuhan. Melalui skripsi ini penulis hendak mengajak pembaca untuk menggali lebih dalam terkait konsep perceraian yang dilihat dalam refleksi antropologis filosofis. Sangat diharapkan bahwa para pembaca mampu memahami, memaknai kembali hakekat hidup berkeluarga yaitu menjaga keluhuran hidup berumah tangga agar terhindar dari masalah perceraian. Orang yang mengenal dan memahami nilai-nilai luhur budaya adalah orang yang selalu ingat akan identitasnya.
Availability
13.037 | 959.84 AND k | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
959.84 AND k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2017 |
Collation |
vii + 129hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
959.84
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available