Record Detail
Advanced SearchText
Kontekstualisasi Ajaran I Ching
I Ching, atau Buku Perubahan, ialah karya besar peradaban Cina yang sudah dikenal sejak tahun 3.000 S.M. Dalam sejarah Cina, empat orang besar, yaitu Fu Shi (Kaisar I), Raja Wen (1.150 S.M.), Duke of Chou (Penguasa I Dinasti Chou 1150-249 S.M.), dan Confucius (551-479 S.M.), disebut-sebut sebagai penulis I Ching. Kaisar Fu Shi menemukan lambang berwujud susunan garis-garis (trigram) dari tempurung kura-kura suci. Raja Wen menambah lambang garis-garis itu yang kini dikenal sebagai 64 heksagram. Putranya, Duke of Chou, juga turut menyempurnakannya. Lalu, Confucius memberikan sejumlah komentar bernas dalam I Ching.rnrnDua aliran filosofi besar Cina, yakni Taoism dan Confucianism pada hakikatnya berakar dari I Ching. Di dalam praktik, I Ching dimanfaatkan untuk dua hal terpisah: untuk memprediksi masa depan (oracle) dan sebagai buku pedoman kebijakan (wisdom). Siapapun Anda dan apa pun situasinya, ajaran-ajaran I Ching selalu dapat dipetik hikmahnya. Kotekstualisasinya dalam kehidupan sehari-hari senantiasa dapat ditarik garis lurusnya.
Availability
11708 | 181.11 Zaq k | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
181.11 Zaq k
|
Publisher | Grasindo : Jakarta., 2004 |
Collation |
xxiii + 205hlm: 14x21cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
979-732-280-7
|
Classification |
181.11
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available