Communio Umat Allah adalah gagasan penting dalam memahami Gereja pasca Konsili Vatikan II. Communio ini menemukan bentuk konkretnya dalam model communio Jemaat lingkungan. Di sinilah kehadiran ketua lingkungan menjadi figur yang mewarnai pelaksanaan reksa pastoral paroki, khususnya di lingkungan. Gagasan ideal communio ini menjadi timpang ketika dibenturkan dengan realitas kehidupan ketua lingkungan dan situasi nyata Jemaat di lingkungan. Konsep yang ideal tidak selalu berjalan seimbang dengan terwujudnya communio yang ideal. Ketimpangan inilah yang dilihat, dicermati, dan direfleksikan dari situasi konkret communio Jemaat lingkungan di wilayah paroki dekenat Malang kota. Situasi yang diamati tersebut memberikan indikasi faktor-faktor yang menyebabkan ketimpangan dalam dinamika communio Jemaat lingkungan. Model communio berbasis keguyuban rohani sebagai ciri communio Jemaat lingkungan di dekenat Malang kota berimbas pada model penggembalaan ketua lingkungan. Ketua lingkungan menjadi koordinator di tengah Jemaat lingkungan dalam membantu penggembalaan pastor paroki. Ketua lingkungan mempunyai kekhasan peran sertanya untuk mengkoordinasi Jemaat melalui kata dan teladan, dalam kegiatan devosi Maria, dalam hidup menggereja, dan dalam upaya membangun cita rasa berlingkungan. Kekhasan peran serta tersebut dimaksudkan untuk membantu mengkoordinasi Jemaat semakin bertumbuh dalam iman dan hidup menggereja di lingkungan bersumber dari basis keguyuban rohani.