Record Detail
Advanced SearchText
Penghormatan Kepada Leluhur sebagai Ungkapan Iman Akan Kebangkitan Setelah Kematian (Suatu Tinjauan Teologis Moral Keutamaan Religi Atas Paham Animisme di Pulau Muna)
Penghormatan kepada leluhur merupakan salah satu unsur budaya yang lazim dan tertanam dalam budaya kebanyakan suku, termasuk masyarakat di Pulau Muna. Mereka percaya pada keberadaan akanentitas spiritual yang terdapat pada batu-batu nisan, kuburan, hutan, pohon-pohon besar, dll. Menurut Tylor, keyakinan seperti itu disebut animisme, yaitu, kepercayaan terhadap keberadaan dan peran roh-roh di dunia ini. Roh-roh itu seringkali dipandang sebagai dewa yang kuat dengan memengaruhi atau mengendalikan peristiwa dunia materi, dan kehidupan manusia sekarang ini. Hal seperti ini diyakini oleh orang Muna bahwa nisan seseorang, yang selama hidupnya memiliki kekuatan spiritual masih dapat memberikan kekuatan dan pertolongan kepada orang yang sakit. Oleh karena itu, ada waktu tertentu, orang-orang Muna membersihkan kuburan, karena mereka percaya bahwa pada batu nisan orang yang telah meninggal dunia dapat memberikan kekuatan dan pertolongan kepada orang yang sakit. Akan tetapi, beberapa orang memandang praktik tersebut sebagai bentuk animisme, sebuah praktik yang bertentangan dengan iman Kristen. Praktik penghormatan kepada leluhur menimbulkan pertanyaan serius bagi umat Katolik di Pulau Muna yang di satu sisi, percaya pada Tuhan dan praktik iman Kristen, tetapi di sisi lain, mereka mengambil bagian dalam praktik religiositas lokal atau mempraktikkan tradisi lokal mereka. Bagaimanakah orang Kristen setempat menyelaraskan penghormatan kepada leluhur, seperti Fonisi'ano Sangia dan Kasumanga dengan iman Katolik? Dari tinjauan teologi moral keutamaan religi, tradisi local tersebut tampaknya tidak dimungkinkan untuk diselaraskan dengan iman Katolik. Akan tetapi, penulis menemukan nilai penting yang tertanam di dalam penghormatan kepada leluhur. Nilai tersebut adalah iman akan kebangkitan setelah kematian. Menurut pendapat penulis, nilai kebudayaan setempat memiliki kemiripan dengan iman Katolik, yaitu iman akan kebangkitan setelah kematian yang ada dalam devosi kepada orang-orang kudus. Nilai dari budaya lokal atau tradisi dapat dimurnikan oleh iman Katolik, sehingga ia dapat digunakan untuk menumbuhkan iman Katolik orang setempat.
Availability
11.01031 | 261.21 Kat p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261.21 KAT p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2014 |
Collation |
x + 121hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261.21
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available