Record Detail
Advanced SearchText
Macapatan Kitab Suci sebagai Sarana Lectio Divina
Banyak orang jaman ini kurang memperhatikan atau lebih tepat tidak mengerti budayanya sendiri. Ada banyak alasan, mengapa budaya tidak dimengerti oleh generasi jaman ini. Salah satu alasannya adalah mereka tidak diperkenalkan oleh generasi sebelumnya. Budaya macapat Jawa sudah tidak dikenal oleh generasi muda. Padahal, macapat Jawa memiliki ajaran yang begitu kaya. Ajaran dan nasihat dalam serat/sekar macapat tidak dapat dinikmati, karena buku-buku dan seni pertunjukannya sudah sangat langka. Kelangkaan macapatan Jawa bukan berarti kesenian ini menjadi hilang dan punah. Pecinta budaya macapatan berusaha untuk memelihara dan menampilkan seni pertunjukan ini ke dalam bentuk baru yang sesuai dengan generasi ini. Salah satu bentuk baru kegiatan budaya ini adalah macapatan Kitab Suci, yang diambil dari buku 'Injil Papat'. Macapatan Kitab Suci adalah suatu cara membaca Kitab Suci, seperti cara membaca Kitab Suci yang dilakukan oleh Gereja selama berabad abad. Gereja mempraktekkan metode lectio divina untuk membaca dan merenungkan Kitab Suci. Metode lectio divina memiliki empat langkah, yakni: lectio, meditatio, oratio, dan contemplatio. Cara membaca Kitab Suci yang dilakukan oleh umat katolik Jawa dan yang dilakukan oleh Gereja memiliki banyak kemiripan. Pertama, macapatan Kitab Suci dapat melengkapi lectio, karena isi macapatan Kitab Suci tersebut berasal dari Kitab Suci. Kedua, dalam merenungkan teks Kitab Suci orang memerlukan pengulangan dan berdialog dengan teks. Inilah yang disebut ruminatio. Sedangkan metode macapatan Kitab Suci mengandalkan sikap mendengarkan dan memanfaatkan waktu hening. Ketiga, pada waktu merenungkan Sabda Tuhan orang akan menemukan ungkapan dari Sabda Tuhan yang menyentuh hati. Ungkapan dan kalimat tersebut ditulis dan dikumpulkan menjadi suatu buku. Catatan ini disebut sebagai florilegia. Keempat, tujuan seseorang melakukan kegiatan rohani itu adalah menjalin relasi dan bersatu dengan Tuhan. Anggota macapatan Kitab Suci belajar menyelarasakan Sabda Tuhan dan rasa yang dimiliki oleh orang Jawa. Mereka berusaha untuk memperoleh makna dan pesan Tuhan dengan rasa-nya. Rasa bagi orang Jawa sangat penting, karena rasa membuat orang Jawa dapat mempertahankan budayanya. Macapatan Kitab Suci mempunyai dasar teologis. Kegiatan rohani macapatan Kitab Suci dilakukan sesuai dengan anjuran bapa Konsili Vatikan II, bahwa setiap orang kristen harus membaca Kitab Suci (DV 25). Pembacaan Kitab Suci ini sangat penting, karena orang dapat mengerti kehendak Tuhan dan mengenal Tuhan melalui Kitab Suci.
Availability
11.01026 | 220.601 MAR m | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
220.601 MAR m
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2013 |
Collation |
ix + 140hlm: 21x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
220.601
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available