Perjalanan wanita Indonesia mulai menapaki babakan baru sejak muncul gagasan untuk mengirim mereka sebagai tenaga kerja wanita (TKW) ke Arab Saudi. Nyaris mirip emansipasi, proses ini telah menyentakkan sikap dan nilai-nilai konservatif atas kaum hawa. Sebaliknya muncul harapan baru bahwa jajaran gembel yang berpendidikan rendah dan selama ini dianggap parasit dalam struktur ekonomi pedesaan ternyata bisa menjaring devisa ratusan dollar. Kejutan ini masih pula dibayang-bayangi dengan peluang suatu hal yang mustahil bisa dilakukan wanita miskin beberapa tahun lalu. Bekerja sebagai TKW memang lalu bisa berarti jalan pintas untuk memutus rantai kemiskinan yang membelit nasib sebagian wanita Indonesia. Hanya saja biaya yang harus dibayar untuk itu begitu mahal dan tidak sedikit. Sejak awal para calon TKW harus pinjam ratusan ribu rupiah dari sana-sini untuk ongkos 'administrasi' calon tenaga kerja. Mereka lalu 'dikrangkeng' dua-tiga bulan di asrama PPTKI (perusahaan pengerah tenaga kerja). Setelah tiba di Arab Saudi belum tentu gemerincing real yang mereka terima, tapi bisa tinju dan pentungan. Kembali ke Indonesia setumpuk persoalan dihadapi: baik di Bandara Soekarno-Hatta, tempat transit di Ciracas, pengembalian ke PPTKI, hingga bentuk pemerasan lainnya sebelum bertemu dengan keluarga di kampung halaman. Mereka terkuras habis moral maupun ekonomi. Persoalan TKW akhirnya tidak mungkin hanya dimengerti dari sudut ekonomi. Sesungguhnya seperti dipaparkan oleh buku ini masalah yang terjadi dan sekitar TKW adalah peristiwa kemanusiaan yang sekaligus manifestasi keadaan moral, sosial dan ekonomi di negeri ini.....