Record Detail
Advanced SearchText
Makna Simbolik Peo Enda di Kampung Kedi Watu Wea-Nagekeo dalam Terang Pemikiran Ernst Cassirer
Manusia pada umumnya hidup dalam suatu kebudayaan tertentu. Kebudayaan manusia selalu berhadapan dengan situasi dan kondisi sekitarnya. Artinya, kebudayaan itu merupakan ungkapan yang mendalam dari relasi manusia dengan lingkungan di mana ia berada. Setiap kebudayaan mempunyai ciri khasnya tersendiri dan mempunyai aneka simbolnya. Semua kebudayaan yang dihidupi oleh masyarakat sekarang merupakan sebuah usaha dan kerja keras dari para pendahulu (leluhur). Masyarakat telah berusaha untuk mewarisi kebudayaan itu secara turun temurun. Dalam Skripsi ini, penulis menguraikan MAKNA SIMBOLIK PEO ENDA DI KAMPUNG KEDI WATU WEA-NAGEKEO DALAM TERANG PEMIKIRAN ERNST CASSIRER. Mengapa penulis menguraikan tema ini? Alasan pertama penulis dalam menguraikan tema ini ialah ingin menggali,untuk menemukan arti dan makna yang terkandung dalam monumen adat Peo Enda. Karena monumen adat Peo Enda ini merupakan bagian dari kebudayaan penulis. Penulis sungguh menyadari akan kehadiran monumen adat ini sejak dari jaman para leluhur sampai saat ini. Masyarakat setempat sangat menghormati monumen adat Peo Enda dan melihat itu sebagai yang sakral dan agung. Hal ini dapat kita amati sejak proses berdirinya sampai pada penghayatan masyarakat setempat akan monumen adat ini. Masyarakat Nagekeo pada umumnya setiap tahun selalu melaksanakan ritual adat, sebagai tanda penghormatan terhadap Sang Pencipta dan para leluhur. Sang Pencipta dan roh para leluhur merupakan bagian dari relasi keseharian masyarakat Nagekeo. Namun, ada perbedaan jenis-jenis ritual antara suku yang satu dengan suku yang lain, dan semua suku tetap memberikan penghormatan yang sama terhadap Sang Pencipta dan roh para leluhur.Dalam kehidupan masyarakat Keo khususnya dan Nagekeo umumnya, tradisi masih sangat dipertahankan dan diwariskan secara terus-menerus dari generasi yang satu kepada generasi yang lain. Tradisi yang masih dipertahankan sampai saat ini ialah tradisi membangun monumen adat Peo Enda. Masyarakat adat Keo sangat yakin dan percaya akan kehadiran dari tiang korban (Peo) sebagai simbol kehadiran para leluhur dalam seluruh aspek kehidupan mereka, sehingga Peo Enda selalu ditempatkan di pusat atau tengah kampung adat. rnPenulis menemukan hubungan makna simbolik monumen adat Peo Enda dalam konsep simbol menurut Ernst Cassirer. Ernst Cassirer melihat bahwa manusia merupakan makhluk yang sering menggunakan simbol. Dia menggunakan tema simbol untuk mengoreksi konsep manusia sebagai homo animal rationale dengan menemukan konsep baru manusia ialah homo animal symbolicum. Karena, dengan adanya simbol, manusia mampu untuk mengerti segala realitas yang terjadi disekitarnya, dan mampu menghadirkan segala yang tak kelihatan lewat simbol-simbol tertentu. Dengan bantuan konsep simbol menurut Ernst Cassirer, penulis menemukan banyak makna yang terkandung dalam monumen adat Peo Enda. Kata Kunci: Simbol, Peo, Enda, Monumen adat, Leluhur dan Manusia.
Availability
13.024 | 959.86 Saw m | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
959.86 Saw m
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2017 |
Collation |
xi + 101hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
959.86
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available