Persoalan moral-religius adalah salah satu topik besar dalam dunia pendidikan Indonesia. Visi mencerdaskan kehidupan bangsa yang ditopang dengan iman, takwa, dan akhlak mulia seperti yang tertuang dalam UUD 1945 kini dipertanyakan. Hal itu terbukti dengan maraknya persoalan degradasi moral bangsa. Dunia pendidikan kerap dituduh menjadi biang merosotnya budaya bangsa yang menamakan diri bangsa yang religius, bermoral, dan bermartabat. Kini, persoalan moral-religius pendidikan masuk dalam ranah budaya. Salah satu sumber nilai moral-religius yang perlu diangkat adalah nilai dan kearifan lokal. Orang Manggarai memiliki tradisi wuat wa'i yang setidaknya menyediakan sumber moral-religius bagi pendidikan. Wuat wa'i adalah ritus perutusan yang diwarnai dengan pesan dan simbolisme moral-religius bagi orang yang hendak mencari penghidupan. Faktor ketidakmengertian akan makna yang terkandung di dalamnya menjadi salah satu persoalan mengapa kearifan ini kurang dihayati sebagaimana mestinya. Wuat wa'i berkontribusi mencerdaskan kehidupan jasmani (hang) dan rohani (mose nai) orang Manggarai dengan memberikan suntikan moral-religius untuk berjuang dan bekerja keras di tengah keterbatasan. Wuat wa'i menggugah kesadaran orang Manggarai untuk bertangung jawab terhadap perutusan mengenyam pendidikan. Dengan pendidikan, hendaknya orang Manggarai menjadi orang beriman dan bermoral, sama seperti yang dirayakan dalam ritus perutusan (wuat wa'i) dan ritus syukur (caca saik).