Misi dan tugas utama Gereja ialah mewartakan Injil kepada semua manusia di seluruh dunia. Dalam menjalankan tugas utamanya ini, misi dan pewartaan Sabda Allah (evangelisasi) merupakan dua bentuk karya Gereja yang tidak terpisahkan karena evangelisasi adalah bagian yang sangat penting dan harus ada dalam setiap karya misi Gereja. Dalam menjalankan karya misi dan evangelisasi ini, para petugas pastoral Gereja senatiasa mengalami perjumpaan dengan realitas dunia yang menjadi ladang tempat misi dan evangelisasi itu dijalankan seperti kemiskinan, kebudayaan-kebudayaan, ketidakadilan dan pengrusakan lingkungan hidup, aliran-aliran kepercayaan serta ideologi-ideologi sekular. Perjumpaan ini tidak jarang melahirkan ketegangan yang membuat misi dan evangelisasi tidak bisa dijalankan dengan baik. Dalam situasi seperti ini kehadiran dialog sangat dibutuhkan. Maka muncullah gagasan-gagasan dialog yang sangat bagus yang digagas oleh Gereja. Namun sangat disayangkan bahwa dialog yang telah digagas dan dirumuskan Gereja dengan sangat baik ini dalam pelaksanaannya hanyalah menjadi batu loncatan bagi para petugas pastoral Gereja untuk menjalankan misi atau pun evangelisasi. Dialog dijadikan sebagai sarana bagi misi atau pun karya evangelisasi Gereja. Dialog disalahartikan hanya sebagai alternatif bagi karya misi atau pun evangelisasi. Melalui tema ini penulis berusaha menemukan suatu model pewartaan yang tepat bagi evangelisasi Gereja dewasa ini. Penulis hendak menggali gagasan-gagasan dialog baik itu dalam dokumen-dokumen Gereja atau pun dalam dokumen-dokumen SVD dan menemukan aksentuasinya bagi karya evangelisasi.