Paradigma yang keliru mengenai kehadiran fengshui menjebak individu untuk memercayainya hanya sebagai sebuah mitos atau takhayul semata. Padahalnya fengshui hadir dalam realitas kehidupan bertujuan untuk membangun kehidupan ini semakin harmoni. Konsep harmoni mengajar manusia untuk tidak sekedar memiliki kemampuan rasionalitas tetapi memiliki kemampuan intuitif yang mendalam. Hati dan pikiran manusia harus berada pada disposisi yang seimbang. Namun kesadaran untuk menempatkan fengshui dalam tataran yang rational dan filosofis masih menimbulkan perdebatan dan persoalan. Persoalan itu muncul karena kerapkali manusia dibimbangkan dengan hal-hal yang diluar nalar, sehingga tanpa dasar yang rasional manusia mengikuti begitu saja tanpa melihat atau mengerti secara dalam maksud dibaliknya. Berangkat dari pemikiran filosofis fengshui tersebut, kiranya kehadiran fengshui baik secara praktis maupun teoritis dapat disambut sebagai upaya manusia untuk mencapai kebahagiaannya dengan hidup selaras dengan alam sekitarnya. Fengshui bukan tujuan. Fengshui adalah sarana yang menunjang hidup manusia. Karena itu fengshui bukanlah ada yang mengatasi manusia dan membuat manusia takluk akan traktat-traktat yang terwujud dalam fengshui sebaliknya manusia dapat bekerjasama dengan fengshui untuk menghadirkan suatu kehidupan yang lebih bahagia dan harmoni. Fengshui hadir supaya manusia mampu menciptakan suatu tata kehidupan yang harmonis. Keharmonisan itu ditujukan supaya manusia mencapai tujuan hidupnya yaitu kebahagiaan. Upaya-upaya yang mendukung untuk tercapainya usaha tersebut memang perlu ditingkatkan. Inilah yang menjadi tugas dan agenda bersama agar fengshui semakin merasuki keseluruhan hidup manusia.