Iman merupakan tanggapan total manusia akan Allah yang mewahyukan diriNya. Bagi orang Kristen, kepenuhan dari wahyu Allah itu adalah Yesus Kristus. Iman akan Allah yang menyata dalam Yesus Kristus itu dihayati umat Kristiani dalam realitas konkret yang pada zaman ini diwarnai globalisasi. Globalisasi membuka realitas konkret yang pada zaman ini diwarnai globalisasi. Globalisasi membuka ruang pertemuan manusia dari berbagai latar belakang, sehingga tidak dapat dipungkiri bahwa iman Kristiani kini dihidupi dalam konteks masyarakat plural. Hal ini secara konkret dialami oleh mahasiswa migran Katolik asal Flores di kota Malang. Mereka adalah representasi Gereja peziarah yang berasal dari lingkungan yang mayoritas Katolik, budaya yang dipengaruhi Kristianitas, dan realitas ilmu pengetahuan dan teknologi yang terbatas dan sekarang hidup dalam konteks kota Malang yang masyarakatnya pluralistik. Konteks plural (agama dan budaya) mempengaruhi cara beriman mereka: ada yang bersikap eksklusif dan ada pula yang bersikap relatif serta inklusif. Di sini pluralitas tidah hanya menjadi ruang dialog kehidupan di mana terciptanya sikap ekslusif, serta timbulnya relativisme iman dalam diri mahasiswa. Selain pluralitas agama dan budaya, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang berkembang pesat juga berpengaruh terhadap hidup dan iman mahasiswa. Dari situ sisi kemajuan tersebut mendukung dan memperkaya wawasan/pengetahuan mahasiswa, dan dari sisi lain telah membuat mahasiswa terjebak ke dalam bentuk hidup individualis, hedonis dan konsumeris, kumpul kebo, narkoba, mengabaikan hidup doa, dll.