Dalam kajian sosial keagamaan, penulis sering kali diminta untuk berbicara di forum-forum ilmiah seperti seminar, diskusi, bedah buku dan workshop. Dalam forum-forum tersebut, penulis tampaknya banyak belajar dari perdebatan dan diskusi yang terjadi. Berbeda dengan kajian akademis murni, dalam forum-forum tersebut terdapat tuntutan untuk tidak hanya mendeskripsikan realitas dengan berbagai persoalannya, melainkan juga bagaimana memberikan sikap terhadap realitas tersebut. Dengan ungkapan lain, kita dituntut untuk mengembangkan suatu kesarjanaan yang terlibat. Problem yang selama ini dihadapi dalam menggulirkan gagasan-gagasan Islam progresif, kritis dan toleran salah satunya adalah fundamentalisme. Upaya-upaya sebagian kelompok untuk mengembalikan Islam pada zaman Rasulullah mulai melebar dan menyebar di daerah-daerah. Padahal, ini berbeda jauh dengan konteks budaya dan identitas bangsa Indonesia yang mempunyai berbagai macam bahasa, suku, dan budaya. Semangat kebhinekaan Indonesia meniscayakan Islam lebur dan berinteraksi dengan konteks ke Indonesiaan. Tentunya Islam Indonesia ini dikecualikan dari hal-hal yang sifatnya ibadah mahdlah, tapi garapannya lebih pada hal-hal yang sifatnya muamalah yang merupakan lapangan ijitihad dan kontekstual sifatnya.