Karakter khas kemajemukan kehidupan beragama di Indonesia justru menekan bahwa berteologi terutama harus mulai dari pengalaman sejarah dan kemanusiaan bersama yang di Indonesia sejatinya terbukti bercorak lintas agama. Kemerdekaan tahun 1945 dari belenggu penjajahan tidak bisa dipagari sebagai pengalaman satu agama saja. Bahkan, seluruh agama yang hidup di Indonesia ini menemukan akar berteologinya disitu, yang tentu akan diberi makna seturut bahasa ataupun dogma agama masing-masing. Di dalam buku ini juga diperkenalkan dan digulirkan suatu proses berteologi yang sebenarnya secara implisit sudah menjadi gaya beragama sehari-hari orang Indonesia, gaya beragama yang toleran, manusiawi dan selalu melihat kebaikan Tuhan sebagai kebaikan untuk semua rakyat penghuni negeri ini. Karena itu, buku ini juga merupakan upaya memberikan aksen-aksen (teologis) yang lebih tegas dari perjumpaan lintas agama yang hidup di negeri ini, yang berujung pada harapan agar proses berteologi itu diperkaya oleh perjumpaannya dengan agama-agama yang lain, dalam apa yang disebut Theologia Religionum.