Record Detail
Advanced SearchText
Revitalisasi Makna Teologis Tanah Bagi Terciptanya Keadilan Agraria Di Manggarai Flores. Sebuah Pendekatan Dekonstruksi Poskolonial
Disertasi ini dimaksudkan sebagai upaya revitalisasi makna teologis tanah sebagai fondasi bagi terciptanya keadilan agraria di Manggarai, Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Manggarai, sebagai lokus penelitian, menjadi cerminan dari dinamika kompleks antara kekuatan kolonial, tradisi lokal, agenda pasar dan pembangunan nasional. Data-data dikumpulkan dengan pengamatan yang mendalam, wawancara, dan studi dokumen.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsep teologis tentang tanah memiliki akar yang mendalam dalam budaya dan keyakinan orang Manggarai. Tanah bagi mereka adalah locus theologicus; ruang perjumpaan dengan Allah. Pandangan seperti itu hanya akan mungkin terjaga jika ada pengakuan akan kepemilikannya secara komunal dalam komunitas adat (gendang), adanya kesetiaan menjalankan ritus-ritus karena tanah milik Mori Kraeng (Tuhan), serta adanya ketaatan terhadap peraturan dan otoritas adat.
Dalam perjalanan sejarah, dalam kompleksitas kekuatan kolonial, agenda pasar dan pembangunan nasional, nilai-nilai teologis, spiritual, dan kosmologis tanah di Manggarai mengalami degradasi signifikan. Masuknya penjajahan Gowa dan Bima, pengaruh pemerintahan kolonial Belanda dan karya misi Gereja Katolik, intervensi negara yang berlebihan, serta adanya tekanan dari arus kemajuan dan ekonomi modern, telah menyebabkan sekularisasi tanah yang signifikan di Manggarai.
Berdasarkan cara baca seperti itu, penelitian ini berpendapat bahwa revitalisasi makna teologis tanah dapat menjadi salah satu langkah strategis dalam meretas jalan menuju terciptanya keadilan atas kepemilikan lahan di Manggarai. Hasilnya ditemukan bahwa ada perjumpaan otentik antara pandangan teologi Kristiani dan visi kultural teologis orang Manggarai tentang tanah. Selanjutnya dalam tanah, ditemukan adanya spiritualitas perjanjian, spiritualitas sakramental, spiritualitas relasional, spiritualitas kesatuan, spiritualitas sabat, juga spiritualitas pelepasan (pengosongan diri) Akhirnya dalam tanah ditemukan juga visi eskatologis dan soteriologis kehidupan. Dengan membangun teologi yang berakar pada kebudayaan Manggarai sendiri seperti ini, maka diharapkan orang Manggarai kembali dari situasi "pengasingan dan pembuangan" menuju tanah sebagai "rumah" mereka sendiri, tempat mereka menemukan jati diri dan makna hidupnya.
Availability
2003002 | 230 Den r | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
230 Den r
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2024 |
Collation |
xxvii; 485hlm: 21x30cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
230
|
Content Type |
-
|
Other version/related
No other version available