Record Detail
Advanced SearchText
Konstruksi Ekoteologi Lingko Tradisi Berladang Manggarai Flores
Tulisan ini bertujuan mengonstruksi ekoteologi Manggarai. Ekoteologi tersebut ditenun dari anasir-anasir budaya Manggarai. Aspek budaya yang telah dipilih sebagai lokus riset adalah tradisi berladang masyarakat Manggarai.
Dalam upaya mendapatkan data lapangan, pendekatan penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan metodolgi fenomenologi dari Martin Heidegger. Berdasarkan fenomenologi ini, tradisi berladang didekati dengan sebuah paradigma bahwa segala sesuatu yang ada di dalamnya memiliki nilai. Keseharian hidup para subjek riset adalah realitas yang memiliki makna dan perlu didengarkan.. Atas dasar pemahaman seperti ini, metode yang dipilih untuk mendapatkan data adalah wawancara dengan para subjek riset yang memahami secara baik dan mendalam mengenai tradisi tersebut. Para subjek yang dipilih adalah para tetua adat yang mengeri budaya dan ritual-ritual yang dilaksanakan dalam tradisi berladang.
Ada narasumber juga yang berasal dari pihak Gereja, sebab tulisan ini berada pada ranah teologi lokal dan kontekstual.
Data yang ada dianalisis menggunakan hermenrutika faktisitas dari Martin Heidegger. Filososf ini melihat realitas dalam tiga aspek Sein, Dasein, Sein in der Welt. Adapun hasil dari analisa itu ditemukan tiga pilar utama dalam membangun ekoteologi Manggarai. Tiang pertama adalah Mori Keraeng sebagai Allah kosmis. Masyrakat menyebut Wujud Tertinggi dengan Mori Keraeng, yang mengandung dalam diri-Nya aspek Ayah dan Ibu., ia adalah titik awal sekaligus tujuan dari lingko. Ia berkolaborasi dalam menciptakan dan menyelenggarakan lingko yang adalah rumah bersama warga Manggarai. Pilar kedua adalah lingko sebagai rumah bersama. Lingko dipahami sebagai mikrokosmos, yang menjadi ruang kehidupan masyarakat petani. Pilar ketiga ialah relasi lingko dengan Mori Keraeng. Antara lingko dengan Penciptanya memiliki relasi kesalingbergantungan yang bersifat pentadik dan triadik. Pembicaraan mengenai ketiga pilar ini ditemukan dalam seluruh aspek dalam tradisi berladang. Masyarakat Manggarai mesti memahami apa yang membuatnya mendapatkan keselamatan. Hal yang mesti memahami apa yng membuatnya mendapatkan keselamatan. Hal yang mesti dibuat adalah melakukan pertobatan ekologis dengan merevitalisasi konsep (metanoia batiniah) dan mengubah pola hidup (metanoia lahiriah). Keselamatan yang diperoleh semua ciptaan adalah pertama-tama karya Allah sendiri (justifikasi), manusia meraihnya karena ia berkolaborasi dengan rahmat Allah tersebut.
Availability
2003009 | 179.1 Jun k | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
179.1 Jun k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2024 |
Collation |
xxiii; 390hlm: 21x30cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
179.1
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) |
-
|
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available