Pada usia 18, Quan adalah seorang muda yang dipenuhi idealisme, jargon-jargon komunis, dan angan-angan yang polos tentang kemenangan dan kejayaan. Dielu-elukan oleh gadis-gadis tercantik di sepanjang jalan desa yang mengucapkan selamat jalan, Quan dan para rekrutmen muda lainnya mabuk dalam semangat revolusi, memimpikan diri mereka berbaris menuju masa depan yang gemilang; orang-orang terpilih dalam sebuah misi besar. Pada usia 28, Quan adalah harimau tua platonis yang sedemikian muak dengan mimpi-mimpi yang koyak oleh realitas peperangan, tapi sekaligus gagal dalam menemukan kehidupan yang berbeda. Novel ini memaparkan gambaran yang liris dan subtil tentang orang-orang 'tanpa nama' dalam perang Vietnam. Imaji di atas imaji, mimpi dan melankoli yang silih berganti muncul dalam suasana yang nyaris mistis di tengah kegelisahan peperangan yang tanpa akhir. Sebuah novel yang akan menggetarkan siapapun yang tengah mencari makna terdalam kemanusiaan, sebuah penderitaan panjang dari satu pertempuran menuju pertempuran berikutnya.