Fokus dari penelitian tesis ini adalah demokrasi deliberatif Juergen Habermas dan relevansinya bagi demokrasi Pancasila. Demokrasi deliberatif Juergen Habermas merupakan suatu konsultasi yang harus dilakukan dengan dialog terbuka dengan berbagai elemen masyarakat itu sendiri. Tujuan dari komunikasi terbuka adalah untuk memastikan bahwa semua percakapan dapat dimengerti dan diterima dengan baik oleh semua pihak. Demokrasi deliberatif sendiri dilakukan dengan dialog terbuka agar persoalan-persoalan yang diangkat dalam diskusi dapat diputuskan secara kolektif dan diterima sebagai suatu keputusan yang merangkul semua elemen. Demokrasi deliberatif juga merupakan suatu diskursus publik yang dilakukan oleh pemerintah dengan berbagai elemen masyarakat dalam bentuk musyawarah untuk menetapkan suatu kebijakan di dalam masyarakat. Sedangkan demokrasi Pancasila berarti bahwa segala sesuatu harus didasarkan pada hakekat manusia dan bangsa Indonesia yakni gotong royong, kebersamaan, kekeluargaan dan keberagaman yang mempersatukan. Metodologi yang digunakan dalam penelitian tesis ini adalah metode kualitatif perspektif fenomenologi yang bermaksud untuk menggali makna pengalaman dalam life-world-nya dengan perspektif subjektifitas para pelaku. Metode kualitatif perspektif fenomenologi memaksudkan juga untuk mengurai berbagai fenomena yang terjadi di Indonesia yang semakin hari semakin memerosotkan demokrasi Pancasila ke dalam suatu tatanan dialog yang irasional. Peneliti menggunakan metode fenomenologi ini untuk menggali kehidupan demokrasi Pancasila yang selama ini dipraktekkan baik dalam urusan bernegara maupun berbangsa. Temuan dari tesis ini adalah pertama, demokrasi deliberatif Jurgen Habermas memberikan kontribusi yang signifikan melalui diskursus dan dialog rasional guna menghasilkan konsensus yang baik dan benar. Kedua, demokrasi Pancasila juga menjadi landasan bagi bangsa Indonesia dalam membangun dialog rasional dalam berbagai bidang baik bidang politik, ekonomi, budaya dan sosial masyarakat.