Studi ini membahas peran agama dalam ruang publik menurut pandangan Jurgen Habermas dan Ir. Soekarno serta relevansinya bagi posisi Gereja Katolik di Indonesia.Jurgen Habermas, seorang filsuf Jerman, mengembangkan konsep 'ruang publik' sebagai tempat di mana warga negara dapat berpartisipasi dalam diskusi rasional dan demokratis mengenai isu-isu publik. Dia mengakui peran penting agama dalam ruang publik, dengan menekankan keterlibatan agama dalam diskusi yang dipandu oleh prinsip-prinsip rasionalitas dan keadilan. Di sisi lain, Ir. Soekarno seorang pemimpin nasionalis Indonesia, menempatkan agama sebagai elemen sentral dalam pembentukan identitas dan persatuan nasional. Dia mengakui pentingnya nilai-nilai agama dalam memandu kehidupan masyarakat Indonesia. Penelitian ini mencari kesamaan dan perbedaan antara pandangan Habermas dan Soekarno tentang peran agama dalam ruang publik serta relevansinya bagi posisi Gereja Katolik di Indonesia. Dari pandangan Habermas dapat diketahui bahwa Gereja Katolik perlu membatasi keterlibatan langsung dalam diskursus publik yang bersifat politis dan kebijakan publik. Gereja Katolik tetap bisa menjalankan fungsi sosialnya seperti pelayanan kesehatan, pendidikan, dan bantuan sosial, tanpa memaksakan nilai-nilai keagamaan tertentu. Sedangkan Soekarno melihat Gereja Katolik dapat berperan aktif dalam ruang publik sebagai sumber moral dan inspirasi untuk tindakan sosial dan politik. Gereja Katolik dapat menyuarakan nilai-nilai dan ajarannya yang selaras dengan kepentingan masyarakat umum, seperti keadilan, kesetaraan, serta kerukunan antar warga. Gereja Katolik di Indonesia menduduki posisi yang penting. Ia berkontribusi positif di ruang publik, namun tetap menghormati prinsip-prinsip demokrasi dan toleransi dalam masyarakat yang beragam.