Tesis ini mengkaji tentang tindakan mendengarkan dan melakukan firman Allah sebagai fondasi persaudaraan universal berdasarkan eksegese Lukas 8:19-21 dan aktualisasinya bagi misionaris. Penelitian ini bertujuan untuk pertama merefleksikan secara mendalam kisah persaudaraan universal secara mendalam dari Lukas 8:19-21; kedua mengajak setiap misionaris untuk senantiasa setia mewartakan Firman Allah dan membangun persaudaraan di tengah dunia; ketiga menguraikan bagaimana teks ini berbicara pada misionaris yang melaksanakan misinya pada konteks dunia dewasa ini. Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui analisis teks Kitab Suci dan studi literatur. Data dihimpun dari Kitab Suci Terjemahan Baru 2, buku-buku dan artikel-artikel jurnal. Untuk menjawab persoalan yang diajukan di atas, penulis menggunakan beberapa metode analisis, yaitu analisis konteks dan analisis struktur. Penelitian ini menemukan bahwa mendengarkan firman Allah dan melakukannya adalah jalan yang dapat ditempuh untuk menciptakan persaudaraan universal. Mendengarkan dengan baik berarti seseorang membuka dirinya dan menerima secara total, bertanya dan berdialog, mengingat, memahami dan menyelami (belajar dan berefleksi) terhadap orang yang didengarkan. Perbuatan baik lahir dari pendengaran yang baik, yang sesuai dengan kehendak Allah yang dapat memulihkan relasi antara manusia dengan Allah dan ciptaan lainnya (sesama, alam semesta, dan diri sendiri). Ketekunan dalam melakukan kehendak-Nya merupakan suatu keteladanan. Gereja, yang adalah para misionaris, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk memberi teladan hidup, mempromosikan, dan mengembangkan masyarakat dunia berdasarkan firman Allah.