Record Detail
Advanced SearchSkripsi
Simulasi Sosial dan Akhir Realitas (tinjauan kritis atas praksis konsumsi masyarakat Indonesia dalam dunia hiperealitas menurut Jean Baudrillard)
Perkembangan ilmu pengetahuan yang dibarengi dengan pesatnya perkembangan teknologi, informasi dan komunikasi turut berdampak pada tatanan hidup masyarakat beserta segala dimensi yang terkandung di dalamnya. Bukan hanya pola pikir dan pola tindak manusia yang mengalami perkembangan, gaya hidup manusia pun mengalami perubahan. Aktivitas konsumsi yang pada awal mula selalu berkorelasi dengan pemenuhan akan nilai guna, dalam perjalanan sejarah mengalami pergeseran. Dalam era revolusi industri, aktivitas konsumsi lebih menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan nilai tukar. Tetapi tidak bisa ditampik bahwa dalam perkembangan kemudian, khususnya sepanjang era postindustri dan masyarakat informasi, aktivitas konsumsi mengalami pergeseran makna. Bukan lagi untuk memenuhi kebutuhan nilai guna dan nilai tukar, melainkan pemenuhan kebutuhan akan nilai tanda dan nilai simbol. Di balik peristiwa atau praksis konsumsi selalu terkandung keinginan atau dorongan untuk memperoleh kedudukan, status dan prestise serta pengakuan sosial. Oleh Jean Baudrillard, melalui teori simulasi, patologi ini dilihat dan dimaknai sebagai akibat tersebarluasnya virus simulasi dalam masyarakat informasi dewasa ini. Akibat demokratisasi media, simulasi membawa baik individu maupun masyarakat ke suatu realitas atau ruang tanpa batas, tanpa referensi, sebuah hiperrealitas. Di dalamnya tidak ditemukan lagi batas antara benar dan salah, baik dan buruk, moral dan amoral, kebutuhan atau hasrat. Maka dalam praksis konsumsi yang jamak terjadi dewasa ini aktivitas mengonsumsi bukan lagi atas desakan kebutuhan melainkan keinginan. Keinginan untuk memperoleh status atau prestise dan kedudukan serta pengakuan sosial. Bagi Jean Baudrillard, usaha melarikan diri dari keruwetan situasi ini bukanlah pilihan yang bijak. Baginya, manusia tidak mungkin menghindar dari berbagai aneka kemajuan yang bahkan sedang menggerogoti dan menggoyahkan status manusia sebagai subyek di hadapan berbagai aneka kemajuan. Hanya saja manusia dewasa ini perlu membentengi diri dengan daya resistensi serta sikap kritis, agar dalam mengarungi arus deras kemajuan di tengah dunia saat ini, manusia tidak pernah menjadi homo fatalis dan kompromistis, yang hanya mengalir mengikuti arus kemajuan begitu saja, melainkan memiliki daya resistensi dan tetap memelihara pola pikir kritis.
Availability
20.064 | 301 Dul s | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
301 Dul s
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2024 |
Collation |
xi + 103hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
301
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available