Martabat manusia merupakan sesuatu yang bernilai fundamental karena melekat secara kodrati dalam diri manusia. Martabat adalah identitas manusia yang secara mendasar ada dalam diri manusia dan sekaligus perlu diupayakan. Artinya martabat itu sudah ada namun dapat jadi terpinggirkan karena berbagai macam situasi. Permasalahannya, situasi sosial yang tidak mendukung penghargaan terhadap martabat manusia dapat membuat martabat itu tenggelam dan tidak diperhitungkan secara sadar. Akibatnya relasi dalam sosialitas menjadi relasi yang tidak berkontribusi bagi martabat manusia dan justru seringkali jatuh pada tindakan yang merendahkan martabat manusia. Serikat Sosial Vinsensius atau sering disebut SSV merupakan serikat sosial yang bersumber pada spiritualitas St. Vinsensius yang mengutamakan pelayanan kepada orang-orang miskin. Tulisan ini bertujuan untuk menganalisa bagaimana SSV mengangkat martabat manusia dari sudut pandang Gaudium et Spes artikel 25-26. Metode yang digunakan adalah metode kualitatif. Beberapa indikator mengenai upaya mengangkat martabat manusia digali dari artikel 25-26 Gaudiun et Spes. Indikator-indikator yang ditemukan digunakan untuk menilai bagaimana SSV mengangkat martabat manusia melaui karya pelayanannya. Hasilnya SSV mengangkat martabat manusia baik dari sisi pelayan maupun mereka yang dilayani. Dari sisi pelayan, martabat mereka diangkat untuk menjadi anak-anak Allah yang semakin memiliki kasih kepada sesama. Hal ini diwujudkan melalui tindakan kasih yang secara langsung mereka lakukan, melalui kegiatan-kegiatan kunjungan, dan rapat bersama yang dilakukan secara berkala. Dari sisi yang dilayani, martabat mereka yang dilayani diangkat karena dengan pelayanan yang mereka dapatkan dari SSV mereka semakin dimampukan untuk berkembang secara manusiawi dan rohani. Mereka dibantu untuk bertumbuh menuju kepenuhan sebagai manusia yang semakin utuh. Secara konkrit hal itu terwujud melaui bantuan dana pendidikan, kunjungan klien secara berkala, dan kegiatan mengajar yang dilakukan oleh anggota SSV.