Tulisan ini bertujuan untuk menampilkan relevansi hidup mitik bagi kehidupan formatio bagi para calon Karmelit dalam terang pemikiran Titus Brandsma. Mistik disini merujuk kepada pentingnya kedalaman hidup spiritual seorang manusia. Tidak hanya meliputi kehidupan rohaniah saja, namun kedalaman spiritual ini mencakup realitas sehari-hari. Titus berpendapat, bahwa kehidupan mistik menjadi sarana manusia menuju persatuan dengan Tuhan. Hal itu disampaikan Titus dalam tulisannya, yaitu Mystiek (Mistik). Gagasan demikian menjadi sesuatu yang penting diamanatkan terhadap situasi dunia saat ini. Salah satunya adalah pengaruh post-modernisme. Post-modernisme menampilkan suatu gaya berpikir yang cukup problematik, yang mana tatanan spiritual harus dikesampingkan dari setiap bidang kehidupan manusia. Hal itu ditekankan secara ekstrim demi memperjuangkan nilai kebebasan setiap pribadi. Dampaknya adalah banyak manusia tidak lagi mampu menjalani suatu kehidupan yang otentik. Situasi demikian perlu dipahami secara kritis mengingat dampak yang terbentuk oleh aliran ini juga berpengaruh terhadap dinamika kepribadian para calon Karmelit. Kehidupan formatio perlu menampilkan kedalaman mistik sebagai jawaban terhadap situasi dunia saat ini. Relevansi itu ditemukan dalam penghayatan akan semangat kontemplasi, yaitu: doa, persaudaraan, dan pelayanan. Penghayatan yang benar dan baik terhadap kontemplasi dapat mematangkan pribadi setiap calon, baik dalam berpikir, bertindak, maupun berelasi dengan sesamanya. Metodologi yang dipakai dalam tulisan ini adalah studi literatur.