Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis secara eksegetis dan merefleksikan secara teologis surat Paulus kepada Filemon, dengan fokus pada tema mengasihi dan mengampuni sebagai saudara dalam rangkulan kasih Kristus (Filomen 1:1-25). Surat ini menawarkan wawasan mendalam tentang bagaimana hubungan interpersonal dalam komunitas Kristen seharusnya dibangun di atas dasar kasih dan pengampunan. Melalui analisis eksegetis, penelitian ini mengeksplorasi konteks historis, latar belakang sosial, dan makna teologis dari surat tersebut. Paulus menulis kepada Filemon, seorang pemilik budak, meminta dia untuk menerima kembali Onesimus, seorang budak yang telah melarikan diri, bukan lagi sebagai budak tetapi sebagai saudara dalam Kristus. Analisis ini menyoroti cara Paulus menggunakan teologi rekonsiliasi dan kasih Kristen untuk mengatasi isu-isu sosial pada zamannya. Refleksi teologis dari surat ini juga relevan untuk konteks kontemporer, terutama dalam menangani masalah kekerasan terhadap pembantu rumah tangga. Banyak pembantu rumah tangga masih mengalami perlakuan tidak adil dan kekerasan di tangan majikan mereka. Surat Filemon mengingatkan kita bahwa setiap individu, terlepas dari status sosialnya, harus diperlakukan dengan kasih dan penghormatan sebagai saudara dalam Kristus. Pengampunan dan rekonsiliasi adalah prinsip-prinsip kunci yang harus diterapkan dalam setiap hubungan, termasuk antara majikan dan pembantu rumah tangga. Penelitian ini berkontribusi pada pemahaman yang lebih dalam tentang bagaimana prinsip-prinsip teologis dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari untuk menciptakan masyarakat yang lebih adil dan penuh kasih.