Filsafat Stoa adalah aliran filsafat helenistik yang lahir pada zaman Yunani kuno. Fokus dalam paham filsafat ini adalah bagaimana manusia memiliki seni dalam mendisiplinkan dirinya. Kedisiplinan diri memaksudkan agar manusia mampu menyadari eksistensinya sebagai individu yang selaras dengan alam. Tujuan dari hal itu agar manusia dapat menavigasi arah dan tujuan hidupnya berdasarkan kodratnya. Kodrat atau alam yang dimaksudkan dalam filsafat Stoa ini adalah daya nalar atau akal budi—rasionya. Dengan mengedepankan tujuan tersebut manusia diarahkan untuk semakin menjadi manusia yang memiliki keutamaan dan kualitas moral yang mumpuni. Hal tersebut ditekankan supaya manusia dalam menjalani kehidupannya menunjukkan arti menjadi manusia yang sesungguhnya dan untuk apakah kehidupan ini. Manusia sebagai individu yang rasional dan makhluk sosial harus menyadari bahwa ada semacam pegangan hidup yang harus dimiliki untuk menjalani kehidupannya dengan layak dan sebaik mungkin. Filsafat Stoa memiliki peran untuk halnya melalui gagasan-gagasan yang ada di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menampilkan berbagai perspektif dalam filsafat Stoa yang diambil dari tiga tokoh besar dalam paham filsafat tersebut untuk diaplikasikan oleh anak muda di era digital dewasa ini. Metode penelitian yang digunakan adalah pendekatan kualitatif dengan menggunakan metode studi pustaka. Adapun hasil yang ditemukan dalam penelitian ini adalah bahwa kehidupan anak muda di era digital ini amat kompleks. Perlu adanya pengertian apa yang menyebabkan kompleksitas tersebut menyelimuti konteks kehidupan anak muda di era digital. Filsafat Stoa dapat memberikan sumbangsih tersendiri bagi anak muda di era digital ini sekaligus harus disesuaikan dengan konteks sosial dan kebudayaan yang berlaku dui era digital ini. Filsafat Stoa mampu memberikan pembinaan diri bagi anak muda. Hasil yang dapat diberikan olehnya juga harus diselaraskan dengan sistem-sistem sosial yang menjadi karakteristik era digital.