Penulis mengambil fokus pada hidup kekudusan orang muda Katolik Generasi Z. Metodologi penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus-fenomenologi. Dalam penelitian ini hasil penelitian kualitatif lebih menekankan realitas dan makna dari hidup kekudusan mereka. Dokumen Christus Vivit digunakan sebagai perspektif dalam melihat aspek kekudusan OMK generasi Z. Penelitian ini sampai pada penemuan bahwa ada tiga fokus kekudusan OMK generasi Z yaitu Allah, sesama dan diri sendiri. Mereka tetap menjalin relasi dengan Allah dan sesama meskipun gadget sudah menjadi bagian hidup mereka. Hal lain yang menjadi tanda kekudusan mereka adalah sikap penghargaan terhadap minat dan bakat pribadi. Semangat, gairah dan kemauan untuk mengembangkan diri menjadi benih kekudusan generasi Z. Dua godaan yang berbahaya bagi perjalanan kekudusan mereka yaitu sikap egosentris dan sikap yang terlalu duniawi. Keduanya dapat mengaburkan kekudusan mereka. Selain itu, mereka belum mampu menggunakan gadget atau dunia digital sebagai tempat pengungkapan iman. Gadget atau dunia digital masih menjadi ruang duniawi yang bahkan bisa menjauhkan mereka dari kekudusan. Terkait hal itu, Gereja dipanggil untuk hadir dan berjalan bersama mereka. Sikap sebagai sahabat adalah sikap yang diharapkan oleh orang muda. Gereja hadir bukan untuk menjadi Gereja tua, melainkan menjadi Gereja muda yang rela belajar dan berproses bersama.