Alam (lingkungan Hidup) menjadi sesuatu yang sangat penting bagi manusia. Alam tanpa manusia akan tetap ada dan terus berevolusi sesuai dengan sistemnyasendiri, sebaliknya manusia tanpa alam adalah sebuah kemustahilan. Manusia tidak dapat menggantikan posisi alam dengan caranya agar tetap hidup. Hal ini bertolak dari realitas hidup manusia yang memperoleh segala sesuatu dari alam. Manusia memperoleh sandang, pangan dan papan dari alam, bahkan untuk bernafas manusia bergantung pada alam. Namun seiring perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, terjadi pergeseran pandangan dalam segala bidang kehidupan yakni Budaya, politik, teknologi dan sosial, terutama pandangan tentang kearifan lokal dan alam (lingkungan hidup). Kearifan lokal dianggap sebagai sesuatu hal yang sudah usang sehingga perlu untuk ditinggalkan karena kearifan lokal dipandang sebagai sejarah masa lalu. Dalam situasi yang berbeda, kemajuan manusia diukur dari pembangunan yang masif, eksploitasi alam tanpa batas dan membelanjakan uang dalam jumlah yang tidak terbatas. Hal ini terjadi dalam konteks hidup masyarakat Lan Fata, terutama generasi-generasi muda. Akibat yang ditimbulkan adalah tumbuhnya budaya konsumerisme yang makin subur, eksploitasi alam yang berakibat memprihatinkan. Alam menurut pandangan masyarakat Lan Fata dalam terang ekoteologi Leonardo Boff, sebagai bentuk kritik terhadap gaya hidup konsumerisme dan eksploitasi alam yang terjadi. Sebagai sebuah bentuk usaha dalam membangun kesadaran masyarakat Lan Fata untuk terus mengeksploitasi kearifan lokal dalam rangka menjaga dan melestarikan alam demi generasi-generasi yang akan datang. Hal terakhir adalah sebagai bentuk sumbangsih pastoral dalam ruang lingkup masyarakat Lan Fata yang pluralis dalam konteks hidup dewasa ini.