Fokus tulisan ini adalah membahas pemikiran Karl Otto Apel tentang pragmatisme transendental dan relevansinya bagi kehidupan berkomunikasi di Indonesia. Filsafat pragmatisme transendental merupakan rekonstruksi filsafat pragmatisme dan filsafat transendental yang berupaya mencari kebenaran melalui konsensus. Kebenaran konsensus yang diklaim Apel bukan dalam arti kebenaran berdasarkan suara mayoritas, tetapi berdasarkan pertimbangan yang murni rasional. Kebenaran konsensus ini kemudian menjadi kebenaran universal yang harus diterima semua orang. Ada pun empat ciri khas filsafat pragmatisme transendental, yakni: a) Kritik terhadap positivisme logis dan eksistensialisme; b) Menempatkan komunikasi sebagai dasar epistemologis; c) Mengakui nilai dari tindakan praktis; d) Fokus pada dimensi intersubjektif. Konsep filsafat pragmatisme transendental Apel sangat relevan dengan fenomena berkomunikasi di Indonesia saat ini. Dimana manusia Indonesia kerapkali memanfaatkan berbagai media komunikasi dengan bersandar pada pandangan subjektifnya menjatuhkan orang lain, menyebarkan berita hoax, dan mengujar kebencian kepada orang lain. Metode yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah metode analisis kritis. Metode analisis kritis artinya sebuah metode yang berupaya untuk mengungkapkan atau menangkap hal-hal yang tersembunyi yang berada dibalik sebuah argumentasi atau sebuah fenomena. Adapun beberapa temuan dari tulisan ini yakni: Pertama, pentingnya klaim universalitas di tengah kebebasan berkomunikasi d Indonesia saat ini. Kedua, rasionalitas strategis menjadi hal yang urgen untuk menyikapi berbagai berita hoax. Ketiga, pentingnya mengedepankan rasionalitas konsensus dalam berkomunikasi. Keempat, relasi intersubjektif dan kontradiksi performatif dapat menciptakan integritas bagi masyarakat Indonesia. Kelima, kesadaran akan tanggungjawab dalam bermedia sosial dapat menciptakan situasi yang harmonis di tengah masyarakat.