Metodologi yang digunakan dalam pengerjaan skripsi ini adalah metode penelitian pustaka. Berdasarkan studi yang telah dilakukan, penulis menemukan bahwa Human Trafficking merupakan suatu bentuk kejahatan terhadap kemanusiaan. Para korban diperdaya, diperalat dan diperlakukan layaknya 'barang' yang dapat dijual untuk mendapatkan keuntungan. Keadaan ini membuat luka pada martabat manusia tidaklah menjadi persoalan baru dalam masyarakat, melainkan merupakan persoalan bersama yang belum terselesaikan hingga saat ini. Secara khusus Provinsi NTT menjadi salah satu penyumbang kasus perdagangan manusia yang tinggi. Peningkatan tersebut tidak terlepas dari meningkatnya arus migrasi untuk bekerja di luar daerah maupun negeri untuk mencukupi kebutuhan ekonomi keluarga tanpa disertai dengan persiapan-persiapan yang baik dan benar. Perdagangan manusia merupakan suatu perbudakan modern yang harus mendapat perhatian banyak pihak termasuk Gereja. Oleh karena itu, kehadiran dokumen konstitusi pastoral gaudium et spes artikel 27 yang secara khusus memberi perhatian terhadap penghormatan terhadap martabat pribadi manusia, kiranya memberikan kesadaran baru bagi setiap orang. Setiap orang dipanggil untuk mewujudkan sikap hormat terhadap manusia, mengupayakan hidup yang layak, menjadi sesama bagi yang lain serta berusaha untuk menghindari tindakan-tindakan yang melanggar martabat manusia. Perwujudan konkret dari keempat poin di atas dapat direalisasikan melalui peran Gereja untuk terlibat melalui pendampingan terhadap keluarga-keluarga kristiani untuk memberikan dasar yang benar terkait peranan setiap anggota dalam keluarga seturut nilai iman kristiani, mewujudkan kerja sama antara Gembala dan umat untuk membela hak-hak orang-orang yang menderita, berusaha menghargai setiap pekerjaan dengan memberikan upah yang adil demi terpenuhinya hak setiap pekerja, serta memberikan dukungan terhadap para korban melalui pendampingan konseling, dan pelayanan sakramen-sakramen.