Image of Dialog Interreligius sebagai Sarana Membangun Toleransi Antar Umat Beragama di Kalimantan Barat (Tinjauan atas dialog Santo Fransiskus Asisi)

Skripsi

Dialog Interreligius sebagai Sarana Membangun Toleransi Antar Umat Beragama di Kalimantan Barat (Tinjauan atas dialog Santo Fransiskus Asisi)



Fokus utama skripsi ini adalah mengkaji sikap Santo Fransiskus Asisi dan Sultan Malik al-Kamil untuk membangun sikap toleransi antar umat beragama khususnya di Kalimantan Barat. Fransiskus Asisi yang memiliki moto 'jadikanlah aku pembawa damai' bukanlah sebuah moto biasa yang digunakan sebagai semboyan agar orang lain mengaguminya, melainkan sebagai sebuah pedoman hidup untuk memperdamaikan kehidupan manusia yang saat ini sedang dilanda peperangan. Sebab, keprihatinan Santo Fransiskus Asisi atas perang yang merenggut korban jiwa begitu besar saat itu, membuatnya merasa bahwa manusia sudah mulai melupakan nilai sosial atas hidup orang lain, sehingga sikap saling mencurigai antara satu sama lain muncul dalam diri untuk saling menjatuhkan melalui paham agama yang dianut. Agama merupakan urusan pribadi manusia dengan Allah, bukan urusan manusia yang mencampuri urusan manusia lain dengan Allah yang diimani. Oleh karena itu, apabila ada seseorang yang ikut campur masalah seperti itu maka akan muncul sebuah pemahaman ideologi yang berbeda. Pemerintah berusaha menggaungkan hidup sejahtera dengan berani menerima perbedaan yang ada di Indonesia dengan membuat forum kerukunan antar umat beragama sebagai bentuk dialog interreligius untuk mendiskusikan setiap permasalahan yang terjadi. Namun, belakangan ini marak kasus-kasus yang viral di sosial media melalui sikap intoleransi masyarakat terhadap yang lain sehingga menimbulkan suasana yang kurang kondusif dalam kehidupan bernegara. Dialog interreligius yang diciptakan bertujuan untuk memberikan jawaban atas permasalahan yang terjadi agar terciptanya sebuah perdamaian. Tokoh agama juga diminta untuk berpartisipasi aktif memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun dan mengantisipasi apabila terjadi kekerasan yang mengatasnamakan agama. Tujuan yang ingin dicapai dari skripsi ini tentang dialog interreligius adalah untuk membangun sebuah dialog kehidupan yang mengesampingkan ideologi agama yang mengarah kepada tindakan-tindakan toleransi terhadap yang lain. Oleh karena itu, perlulah masyarakat Indonesia mengerti terlebih dahulu apa yang dimaksud dengan dialog. Dialog dipahami sebagai nilai seni dalam memahami ketika berdiskusi artinya, ketika seseorang menyampaikan sesuatu diharapkan ditanggapi dengan menaruh rasa simpati terhadap orang tersebut. Apabila hal tersebut tidak dilakukan maka dialog hanya sebatas diskusi biasa atau untuk menghilangkan kecurigaan. Sebab itu, diperlukan rasa simpati dalam diskusi agar terciptanya dialog kehidupan untuk saling membantu, menolong ataupun bersama-sama menjaga keutuhan kestabilan negara dalam beragama. Metodologi yang digunakan dalam skripsi ini adalah metode kualitatif dengan perspektif atas tindakan Santo Fransiskus Asisi membangun dialog antar umat beragama bersama Sultan Malik al-Kamil.


Availability

19.045291.172 Pab dPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
291.172 Pab d
Publisher STFT Widya Sasana : Malang.,
Collation
xiv + 93hlm: 22x28cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
-
Classification
291.172
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this