Perkawinan merupakan lambang kasih Allah. Allah telah menciptakan manusia dan menyatukan mereka dalam ikatan cinta kasih. Perkawinan terjadi antara semua orang tanpa memandang perbedaan latar belakang, dan status agama. Perkawinan beda agama sangat mungkin terjadi, secara khusus di Indonesia, karena ada keberagamaan agama yang dianut di Indonesia. Berangkat dari realita tersebut, penulis mengangkat perkawinan beda agama dalam skripsi ini. Adapun judul skripsi ini PERKAWINAN CAMPUR BEDA AGAMA MENURUT KITAB HUKUM KANONIK DAN RELEVANSINYA BAGI PASTORAL KAUM MUDA. Judul ini dipilih berdasarkan pengamatan penulis atas realita kehidupan bersama umat Katolik, di mana pemahaman tentang perkawinan beda agama masih sangat kurang, secara khusus di kalangan kaum muda. Perkawinan beda agama merupakan perkawinan antara seorang yang sudah di baptis dalam Gereja Katolik maupun baptis dalam Kristen atau yang diterima di dalamnya, dengan seorang yang tidak dibaptis. Misalnya, antara seorang Katolik dan seorang Muslim. Perkawinan ini secara kanonik dilarang, kecuali sudah mendapatkan dispensasi dari otoritas yang berwenang. Metode yang dipakai dalam penulisan ini adalah metode kepustakaan. Adapun temuannya adalah perkawinan Katolik itu sangat luhur sehingga harus diterima dengan disposisi yang baik. Idealnya perkawinan itu terjadi antara mereka yang sama-sama dibaptis sehingga diangkat ke dalam sebuah sakramen. Realita yang ada menunjukkan bahwa ada perkawinan campur beda agama yang dipraktikkan di Indonesia karena ada beberapa alasan yang kuat. Gereja memberikan dispensasi disparitas cultus atas halangan nikah beda agama ini. Pada akhirnya penulis memberikan rekomendasi pastoral bagi para gembala Gereja untuk mendampingi para kaum muda agar mereka sungguh-sungguh mengenal apa itu perkawinan campur dan memilih yang terbaik bagi pasangan hidup mereka kelak.