Jika agama-agama monoteis, khususnya Kristen, dituding sebagai penyebab filosofis dari kerusakan lingkungan; teknologi dan industri disalahkan sebagai penyebab praktisnya. Kajian-kajian teologi lingkungan menunjukkan bahwa agama-agama, termasuk agama kristen, sebenarnya mengandung sumber-sumber yang dapat direinterpretasikan atau dikembangkan justru untuk menjadi 'solusi filosofis' bagi krisis lingkungan. Sementara itu, penelusuran historis dan etika bisnis menemukan bukti-bukti bahwa bagian dari dunia bisnis dan industri sudah lama dipercaya 'solusi praktis' melalui kewirausahaan lestari (sustainable entrepreneurship). Studi ini mengusulkan sebuah teologi publik yang memandang kewirausahaan lestari secara adil ketimbang sekadar sasaran kritik.