Record Detail
Advanced SearchText
Memoria Passionis Makna Penderitaan Para Jugun Ianfu dalam Perspektif Iman Kristiani
Manusia seringkali enggan untuk 'mengingat' kembali suatu pengalaman penderitaan yang pernah terjadi. Pengalaman penderitaan sebisa mungkin dihindari. Namun, dapatkah manusia menghindari penderitaan? Tak satu orangpun mempu menghindari penderitaan, sebab penderitaan merupakan bagian dari eksistensinya sebagai manusia. Karena itu, untuk melawan sikap keengganan untuk mengingat kembali masa lampau, masyarakat mulai mengembangkan 'kultur mengingat' guna menyelesaikan persoalan-persoalan penderitaan di masa lalu yang belum terselesaikan. Salah satu persoalan sejarah bangsa Indonesia yang masih belum diselesaikan hingga saat ini adalah masalah perbudakan seksual selama pendudukan Jepang di Indonesia selama Perang Dunia II (1942-1945). Perbudakan seksual yang dilakukan oleh Jepang melahirkan parajugun ianfu (comfort woman) dalam masyarakat. Mereka adalah para perempuan yang melayani nafsu seksual orang-orang Jepang, baik sipil maupun militer demi kepentingan tentara dalam perang dan kepentingan ekonomi Jepang. Kekerasan tentara Jepang terhadap para jugun ianfu tidak hanya berupa eksploitasi seksual, tetapi juga disertai kekerasan-kekerasan fisik lainnya, seperti: diasingkan ke tempat yang jauh dari keluarga dan kampung halaman, tinggal dalam ruangan yang sempit, makanan dan pakaian seadanya yang tanpa memiliki jaminan kesehatan, pemeriksaan kesehatan secara paksa dan tanpa privasi, dipukul, ditendang, dicemooh, dihukum gantung dan pengguguran kandungan secara paksa. Penderitaan fisik tersebut disertai dengan pula penderitaan moral dalam masyarakat melalui stigma-stigma negative terhadap eks jugun ianfu, seperti: 'rangsum (pelacur) Jepang', 'tempat kencing umum', dan sebagainya. Berhadapan dengan penderitaan mahadahsyat itu, pembangunan 'kultur ingatan' saja tidaklah cukup. Bagi penulis, hal lain yang harus dilakukan adalah mendefinisikan ulang arti dan makna penderitaan para jugun ianfu. Perspektif lain harus ditempuh guna memaknai penderitaan para jugun ianfu secara baru. Perspektif baru yang dimaksud adalah menempatkan penderitaan para jugun ianfu dalam hubungannya dengan Tuhan yang mengatasi segala penderitaan. Di sini perspektif teologi menjadi urgen. Penderitaan para jugun ianfu perlu ditinjau dalam hubungannya dengan penebusan Kristus yang telah melewati jalan penderitaan menuju keselamatan. Penderitaan adalah jalan menuju keselamatan.
Availability
15.01002 | 248.4 Hed m | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
248.4 Hed m
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2017 |
Collation |
xi + 167hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
248.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available