Image of Bertindak dengan Hati: Belajar dari Marta dan Maria

Text

Bertindak dengan Hati: Belajar dari Marta dan Maria



Tak seorang pun siap ketika Covid-19 datang. Reaksi manusia; gagap, panik, marah, atau tak berdaya. Berbeda dari bencana lain, wabah ini tidak kasat mata dan menyasar siapa pun. Tak ada yang bisa memprediksi sampai kapan. Seluruh kecanggihan pertahanan manusia melawan aneka bencana selama ini, tidak berdaya. Tanpa disadari, wabah ini membuka kerapuhan manusia yang selama ini tertutupi oleh keangkuhannya dengan segala capaiannya. Seolah manusia harus mengikuti tuntutan Covid-19. Di seluruh dunia, dengan rasa cemas manusia mengubah pola hidup, cara berelasi, cara bekerja, cara berorganisasi, dan seterusnya. Agama yang biasa menjadi pembawa damai dan keakraban kini kehilangan tajinya. Semua praktik beragama selama ini pun berubah. Ibadat streaming dan online menjadi lumrah sekaligus membuat banyak orang bingung kehilangan habitat rohaninya. Kepahitan seperti pandemi menyadarkan bahwa bangunan kehidupan yang megah ini ternyata keropos dari dalam. Alam batin dan hati manusia yang selama ini terpinggirkan sekarang lemas lunglai ketika harus menghadapi ancaman yang tak bisa dilawan dengan otak atau kekuatan otot. Stamina batin manusia rapuh di hadapan ancaman kehidupan. Tokoh Marta dan Maria di dalam Injil Yohanes memberi kerangka untuk memaknai keroposnya jiwa di tengah kesombongan lahir manusia. Kisah perjumpaan Yesus dengan Marta dan Maria ditampilkan secara sederhana, manusiawi, dan penuh simbol. Di sana ada pesan yang tegas dan jelas, meski setiap orang bebas menafsirkan dan mengolahnya sesuai konteks hidup masing-masing. Pendekatan dualistis dan dikotomis seperti surga dunia, materi rohani, kerja doa dan semacamnya, tak relevan lagi. Itulah yang kita lakukan selama ini dan hanya melahirkan kekosongan batin sehingga manusia tidak memiliki stamina batin di hadapan ancaman kehidupan. Kita akan selalu hidup dalam tegangan dalam berbagai levelnya. Namun, tegangan itu bisa diintegrasikan sehingga manusia bisa tumbuh secara integral dan tidak lagi memisahkan rahmat dan kodrat. Buku ini mau menjawab berbagai tegangan kehidupan itu dan mengajak kita untuk saling diskusi demi kehidupan yang lebih realistis dan integral. Bingkai yang dipakai ialah memaknai relasi Yesus, Marta, Maria secara dinamis dan kontekstual. Pada dasarnya, integrasi itu mengarah pada praktik beriman yang benar dan relevan di dunia ramai ini. Makin dekat pada Allah, makin manusiawilah manusia itu. Tantangan manusia ialah menjadikan keterlibatannya di dunia secara profesional dan kompeten, sebagai bentuk kedekatannya pada Yang Kuasa.


Availability

20436248.4 Sap bPerpustakaan STFTAvailable

Detail Information

Series Title
-
Call Number
248.4 Sap b
Publisher Kanisius : Yogyakarta.,
Collation
236hlm; 15x21cm
Language
Indonesia
ISBN/ISSN
978-979-21-7228-7
Classification
248.4
Content Type
-
Media Type
-
Carrier Type
-
Edition
-
Subject(s)
Specific Detail Info
-
Statement of Responsibility

Other version/related

No other version available




Information


RECORD DETAIL


Back To PreviousXML DetailCite this