Skripsi ini membahas konsep etika solidaritas Richard McKay Rorty ditinjau dari perspektif filsafat sosial. Penulis mengulasnya dengan metode kualitatif yang bersumber pada buku 'Contingency, Irony and Solidarity'. Dalam salah satu bagian dari buku tersebut, Richard Rorty membahas konsep etika solidaritas. Etika solidaritas, menurut Rorty, disebabkan oleh fenomena sosial seperti, ketidakadilan, peperangan dan penindasan terhadap rakyat kecil atau tindakan kekejaman lain yang semakin marak terjadi. Untuk meminimalisir fenomena kekejaman cukup bersolider dengan orang yang menderita. Etika solidaritas bukan seperti aturan epistemologi yang sarat kebenarannya ditentukan oleh aturan epistemik yang super ketat, melainkan oleh sikap spontanitas atau dorongan dari dalam hati untuk bersolider dengan orang lain. Jangkauan solidaritas kita tidak hanya dalam lingkup agama, suku dan budaya tertentu saja, tetapi mencakup seluruh. Kita bersolider dengan orang bukan karena dia makhluk rasional, seperti yang dikatakan Kant, melainkan karena kita memiliki kewajiban bersolider dengan orang yang menderita. Kita bersolider karena memiliki harapan yang sama tentang keadilan sosial dan hasrat untuk memperoleh kehidupan yang harmonis. Menurut Rorty, langkah yang tepat untuk memperluas solidaritas ialah dengan menyadari kontingensi diri. Kontingensi diri berarti menyangkal kebenaran absolut dan menerima keberagaman kebenaran atau bahasa. Kita juga perlu menjadi manusia ironis yang bersifat kritis dan selektif terhadap kosakata akhir yang digunakan saat ini. Menjadi ironis berarti melihat keberagaman sebagai sesuatu yang harus dihargai. Selain itu, kita harus menjunjung tinggi sikap solidaritas. Konsep etika solidaritas pada gilirannya membawa kita masuk dalam konsep solidaritas yang universal. Solidaritas universal ditandai dengan tumbuhnya kesadaran dari dalam diri bahwa kekejaman adalah perbuatan yang tidak harus terjadi, maka kita jangan bertindak kejam.