Dalam kehidupan bersosial manusia selalu menjunjung tinggi nilai-nilai persaudaraan, khususnya dalam keterbukaan kasih persaudaraan. Keterbukaan kasih persaudaran yang sungguh tulus diperlukan bagi semua orang tanpa melihat latar belakang sesamanya. Dalam konteks Indonesia sendiri tindakan keterbukaan kasih persaudaraan prakteknya belum berjalan dengan baik. Praktek belum berjalan dengan baik, dalam artian kurangnya keterbukaan kasih persaudaraan bagi saudara-saudari kita yang menderita disabilitas dan disingkirkan karena miskin. Oleh karena itu, dalam Ensiklik Fratelli Tutti, khususnya dalam artikel 95-98 di sana Paus Fransiskus mengatakan betapa pentingnya semangat keterbukaan kasih persaudaraan bagi semua orang, khususnya bagi kaum disabilitas dan yang disingkirkan di tengah masyarakat akibat miskin. Melalui pesan Paus Fransiskus dalam Ensiklik Fratelli Tutti artikel 95-98, ia menginginkan setiap pribadi manusia memiliki keterbukaan kasih persaudaraan terhadap sesama saudara-saudaranya. Keterbukaan kasih persaudaraan dalam artian, mampu hadir dalam situasi apapun keadaan sesamanya. Sehingga dalam hal ini peran Gereja sebagai sebagai sarana keterbukaan kasih persaudaraan harus berani hadir pemeran utama bagi saudara-saudari yang menderita disabilitas dan disingkirkan ditengah masyarakat akibat miskin. Sebagaimana pesan Paus Fransiskus dalam Fratelli Tutti artikel 98 bahwa kita harus berani hadir bagi mereka.