Record Detail
Advanced SearchText
Gereja Asia Berbau Kubang Kerbau (Kajian berdasarkan eklesiologi kontekstual Kosuke Koyama)
Fokus skripsi ini adalah mendeskripsikan konsep Gereja Asia Berbau Kubangan Kerbau Kosuke Koyama. Kajian dilakukan dengan menggunakan analisis kepustakaan. Kajian ini menemukan bahwa pendekatan teologi kontekstual kubang kerbau adalah suatu usaha membahasakan maksud Kitab Suci dan Tradisi teologis Gereja ke dalam konteks geografis, ekonomi, politi, dan sosio kultural di mana Gereja itu berdiri. Koyama menghubungkan usaha kontekstualisasi misi ke dalam bahasa orang kecil dengan peristiwa penderitaan Kristus. Peristiwa penyaliban Yesus hendak menunjukan bentuk penyangkalan diri Allah yang paling total. Di sana Ia bukan lagi sebagai 'yang unggul' tetapi 'yang diludahi' dan 'yang dicaci maki'. Teladan Yesus ini direfleksikan Koyama dalam membentuk cara pandang bahasa teologi Gereja di Asia. Koyama mengatakan jika kekristenan dan teologi ingin menyapa Gereja Asia dalam kehidupan sehari-hari dan mengajak orang Asia untuk mengenal Kristus, maka Gereja harus mengalami pengalaman diludahi dan dicaci seperti Kristus. Praktisnya, Gereja, Teologi, dan orang-orang Kristen harus dilumuri lumpur dari kubangan kerbau orang-orang Thailand itu. Koyama melihat ada tiga hal penting yang menjadi finalitas (tujuan, arah) bagi misi di Asia jika ditilik dari finalitas karya keselamatan Yesus dalam Kitab Suci. Pertama, finalitas pembebasan orang-orang miskin dan minoritas kultural serta agama. Kedua, finalitas Yesus tidak bersifat komprehensif tetapi fundamental. Artinya Yesus tidak mengubah sejarah secara menyeluruh. Dia mengubah sejarah secara mendasar. Ketiga, finalitas Yesus adalah finalitas yang diejek dan diludahi (finalitas yang tersalib). Gereja Asia yang berbau kubang kerbau merupakan Gereja yang sadar akan kehadiran dirinya dalam konteks masyarakat miskin dan menjadi salah satu kelompok kultural minoritas yang harus bisa hidup berdampingan dengan kelompok kultural lain. Gereja harus menampilkan sisi penyangkalan diri, yang bukan juga berarti diam, tetapi bersama-sama orang Asia berjalan dalam pertobatan dan bersama-sama memikul salib penderitaan kultural dan ekonomi serta sama-sama keluar dari padanya menuju pembebasan manusia dari keberdosaan sebagai sumber segala penindasan, kerakusan, dan kesombongan diri setiap kelompok, menuju keselamatan dan pembebasan ala Kristus, yaitu menjadi manusia yang menghargai kesetaraan, solidaritas serta kasih sayang dengan yang lain.
Availability
18.083 | 262 Ken g | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
262 Ken g
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2022 |
Collation |
xiii + 80hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
262
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available