Skripsi ini membahas tentang Humanisme K.H. Abdurrahman Wahid dan Relevansi Pastoralnya bagi Gereja Katolik dan Kehidupan Bernegara di Indonesia. Tulisan ini dilatarbelakangi oleh berbagai kasus terkait dengan penindasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan. Di Indonesia, kepentingan sosial, politik, ekonomi maupun agama seringkali lebih diutamakan dari pada nilai kemanusiaan, dan tidak jarang kepentingan-kepentingan tersebut menimbulkan ketidakadilan, intoleransi, penindasan, kemiskinan, dan kekerasan dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan beragama. Situasi semacam ini tidak bisa dibiarkan. Pembiaran terhadap pelanggaran kemanusiaan sangat merugikan kehidupan berbangsa, bernegara dan beragama. Humanisme K.H. Abdurrahman Wahid dapat dijadikan rujukan dalam usaha memulihkan kembali rasa kemanusiaan. K.H. Abdurrahman Wahid sebagai seorang muslim meyakini bahwa setiap manusia merupakan makluk ciptaan Allah yang paling mulia serta memiliki martabat kemanusiaan yang sama. Kemuliaan martabat manusia itulah yang menjadi alasan manusia harus dihargai dan dihormati. Dalam konteks berbangsa, bernegara serta beragama K.H. Abdurrahman Wahid menegaskan bahwa tujuan dari politik, ekonomi, sosial maupun agama harus diarahkan kepada kepentingan kemanusiaan. Penulis menggunakan metodologi studi pustaka. Penulis memaparkan pemikiran humanisme K.H. Abdurrahman Wahid. Temuan dari tulisan ini ada dua. Pertama, humanisme K.H. Abdurrahman Wahid relevan untuk kehidupan beragama dan bernegara di Indonesia, utamanya dalam menumbuhkan rasa kemanusiaan, perdamaian, keadilan, kesetaraan, kesederhanaan, persaudaraan serta toleransi antarumat beragama. Kedua, humanisme K.H. Abdurrahman Wahid relevan bagi Gereja Katolik utamanya dalam menumbuhkan rasa kepedulian terhadap kaum lemah, tersingkirkan, dan miskin tanpa melihat latar belakang agama, suku, bahasa maupun kedudukan setiap orang.