Skripsi ini membahas tentang eksegese Kitab Suci terhadap suatu teks perikop dalam Injil. Fokus dari skripsi ini ialah tafsiran dan refleksi teologis yang terdapat dalam teks Injil Matius 26:26-29 yang berbicara tentang kisah Perjamuan Terakhir Yesus dan para murid-Nya serta relevansinya bagi umat Kristiani khususnya umat Katolik dalam penghayatannya terhadap Ekaristi selama peziarahan hidup Gereja hingga saat ini bahkan ditengah situasi pandemi Covid-19. Metodologi penulisan skripsi ini ialah metode penafsiran Kitab Suci berdasarkan analisis eksegetis secara khusus metode memahami teks yang ditawarkan oleh Berthold Anton Pareira. Temuan dari penulisan skripsi ini adalah bahwa Perjamuan Malam Terakhir yang diadakan oleh Yesus bersama dengan kedua belas murid-Nya bukanlah suatu perjamuan makan biasa. Perjamuan Malam Terakhir itu adalah saat dimana Yesus menetapkan Ekaristi sebagai Perjanjian Baru. Oleh karenanya, Ekaristi menjadi Sakramen yang amat luhur karena di dalamnya Kristus Tuhan sendiri dihadirkan, dipersembahkan, dan disantap, dan melaluinya Gereja selalu hidup dan berkembang