Tulisan ini merupakan penelitian untuk mendialogkan gagasan pendidikan menurut Y.B. Mangunwijaya dan Paulo Freira. Fokus penelitian ini adalah pada upaya untuk menemukan sintesa dari pemikiran keduanya, juga terkait kekuatan, kelemahan, persamaan dan perbedaan gagasan pendidikan kedua tokoh ini. Pendidikan sejatinya merupakan proses pembebasan manusia sebagai makhluk yang berakal budi. Pemahaman ini menjadi hakikat dari pendidikan yang sejati. Melalui pendidikan orang dimerdekakan dan mengalami kepenuhan dalam eksistensinya. Metodologi penelitian ini adalah studi komparasi antara pemikiran Y.B. Mangunwijaya dan Paulo Freire. Hasil temuan penelitian ini adalah nilai cinta kasih perlu ditumbuhkan dalam berjalannya dinamika pendidikan. Cinta tumbuh dari keterbukaan diri satu sama lain dan keterbukaan hanya dijumpai dalam dialog. Maka dari itu, metode pendidikan yang ideal ialah metode dialog. Di dalam dialog setiap pribadi menjadi subyek aktif. Hal inilah yang harus diutamakan dalam pendidikan, bahwa baik pendidik maupun peserta didik kedudukannya adalah sama, yakni sama-sama berlaku sebagai subyek. Pendidikan yang membebaskan senantiasa memandang peserta didik sebagai manusia utuh yang sedang berjuang mengalami kepenuhan eksistensinya. Pendidikan haruslah menghantarkan orang pada proses 'Belajar Sejati' yang mana belajar tidak hanya berhenti pada tataran ruang dan waktu, melainkan sungguh belajar untuk hidup, karena sejatinya setiap hari selalu ada pengetahuan baru yang dapat diperoleh.