Record Detail
Advanced SearchText
Perkawinan Tungku CU dalam Perspektif Hukum Perkawinan Gereja Katolik (Implikasi Kawing Tungku CU Bagi Karya Pastoral di Paroki Maria Diangkat ke Surga Rejeng, Keuskupan Ruteng)
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif untuk meneliti umat yang melakukan perkawinan tungku cu dalam perspektif hokum perkawinan Gereja Katolik dan implikasinya bagi karya pastoral di paroki Maria Diangkat Ke Surga Rejeng, Keuskupan Ruteng. Fokus penelitian ini adalah menjelaskan tentang perkawinan tungku cu dalam benturannya dengan hukum perkawinan Gereja Katolik. Benturan itu berupa cara pandang dan konsep tentang perkawinan tungku cu. Benturan itu perlu dijembatani agar keduanya bisa saling mengisi dan mendukung satu sama lain bagi karya pastoral umat di paroki Maria Diangkat Ke Surga Rejeng, Keuskupan Ruteng. Tujuan dari penelitian ini ialah pertama, umat bisa memahami dan tercerahkan bahwa perkawinan tungku cu yang mereka lakukan perlu didukung dan dikritisi oleh karena nilai-nilai positif dan negative yang tersembunyi di dalamnya. Kedua, bagi agen pastoral Gereja Katolik, agar mereka dapat menyelami dan memahami secara lebih mendalam tentang perkawinan tungku cu dan pengaruhnya terhadap kehidupan masyarakat dan hidup menggereja serta menemukan model pendekatan pastoral yang cocok bagi umat setempat, khususnya di Paroki Maria Diangkat Ke Surga Rejeng. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan dua pendekatan, yakni studi kepustakaan dan studi lapangan melalui wawancara. Studi kepustakaan difokuskan pada sumber-sumber tertulis mengenai kawin tungku cu dan hukum Gereja tentang perkawinan. Studi lapangan dilakukan melalui wawancara tentang perkawinan tungku cu, baik dari sudut pandang perkawinan adat maupun hukum perkawinan Gereja Katolik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dispensasi lima tahun boleh diijinkan menikah bagi pasangan yang melakukan perkawinan tungku cu tidak bisa membendung umat untuk tidak melakukan perkawinan tungku cu. Hal ini disebabkan karena minimnya pengetahuan umat tentang hukum perkawinan Gereja Katolik dan para agen pastoral kurang mempelajari lebih dalam tentang nilai dan makna perkawingan tungku cu bagi masyarakat setempat. Masyarakat setempat adalah gereja dan tidak mungkin gereja melukai dirinya sendiri, sehingga perlu dialog iman dan budaya.
Availability
20.01027 | 261.2 Jeg p | Perpustakaan STFT | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261.2 Jeg p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2022 |
Collation |
xii + 145hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261.2
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available