Usaha untuk mewujudkan keluarga sebagai model sekolah iman yang penuh sukacita dewasa ini tidaklah mudah. Ada banyak kendala dan tantangan yang dihadapi dalam mewujudkan usaha ini. Kendala dan tantangan tersebut menyebabkan proses pewarisan dan penerusan iman menjadi kurang efektif. Keluarga menurut Paus Fransiskus adalah salah satu jalan yang paling efektif untuk mewariskan dan meneruskan harta iman dari orangtua, kepada anak-anak. Keluarga Kristiani merupakan pusat iman yang hidup, tempat pertama iman akan Kristus diwartakan, disemaikan dan sekolah pertama tentang doa, kebajikan-kebajikan dan cintakasih Kristiani. Keluarga adalah Gereja rumah tangga dan komunitas cintakasih, di mana persekutuan Allah Tritunggal dibangun dan diwujudkan secara nyata. Titik tolak keluarga sebagai model sekolah iman adalah orangtua. Orangtua merupakan subyek pertama dan utama untuk mewariskan dan mengajarkan iman. Orangtua tidak hanya mengajar dengan kata-kata, tetapi juga dengan teladan hidup. Orangtua mewariskan iman dengan menanamkan kebiasaan-kebiasaan Kristiani dalam keluarga. Keluarga sebagai model sekolah iman menekankan pentingnya peran orangtua dalam perkembangan hidup rohani dan jasmani anak-anak. Orangtua adalah buku dan guru pegangan hidup bagi anak-anak. Di dalam sekolah iman ini, kebebasan anak-anak harus dihargai. Dengan kebebasan ini, anak-anak dapat bertumbuh dan berkembang dalam iman yang baik dan benar seturut kehendak Allah. Anak-anak mampu menyerap iman itu menjadi milik mereka.