'Kita telah diajarkan bahwa ada yang salah di dalam diri kita, bahwa kita tidak sempurna, tetapi sebenarnya tidak ada yang salah dengan diri kita dan memang kita tidak sempurna, kita ini sungguh indah dan unik sebagai ciptaan Tuhan'. Bagi orang-orang muda, peran pembimbing sering kali lebih menjadi semacam 'cermin diri', penerimaan dan cinta yang tak bersyarat bagi orang-orang muda yang sedang mencari jati diri. Mereka sering kali juga tidak tahu persis yang sedang mereka cari dan bahwa pembimbing mereka sedang memerankan peran tersebut; sebagai orang yang mencintai, orang tua yang menyelamatkan, orang yang bijaksana, orang yang penuh bela rasa, yang mampu memberikan rasa damai, pembebasan dan pencerahan. Tugas utama pembimbing adalah menemukan yang berlawanan dengan hal-hal yang menyatakan bahwa mereka buruk, salah, dan tidak baik, yang telah melekat sedemikian lama pada diri mereka. Keyakinan orang-orang muda bahwa diri mereka buruk, salah, dan tidak baik, tidaklah seluruhnya tepat. Latihan rohani dan bimbingan berperan penting agar mampu mengatasi rasa benci terhadap diri-sendiri. Latihan rohani membantu merengkuh ego yang bersyarat dan yang meyakinkan bahwa kita terpisah. Kita berhenti mengidentifikasi diri sebagai yang kecil, takut, terkungkung oleh sosialisasi dan pribadi yang bersyarat. Kita memeroleh pandangan yang lebih luas tentang diri-sendiri. Melalui latihan rohani, kita bergerak dari seseorang yang sedang berharap dan mencari untuk diselamatkan ke arah pribadi yang dapat diselamatkan. Kita mengalami cinta tanpa syarat, penerimaan dan belarasa, yang selalu kita cari dan yang akhirnya kita temukan berada di dalam diri-sendiri.