Record Detail
Advanced SearchText
Ritus Tmeup Lele Suku Atoni dalam Terang Pemikiran Mircea Eliade dan Evaluasi Teologis Atasnya
Salah satu persoalan penting Gereja Indonesia adalah hubungan iman dan kebudayaan. Persoalan ini dialami juga oleh Gereja lokal di tengah-tengah Suku Atoni. Suku Atoni sudah lama percaya kepada Kristus. Namun, bahwa apakah iman kepada Allah sudah mengakar dan menjiwai kehidupan mereka kiranya masih menjadi keprihatinan tersendiri. Bagaimana pewartaan Injil yang telah diterima oleh umat menjadi prioritas dalam hidup mereka? Penulis meneliti ritus pengerjaan ladang (tmeup lele) Suku Atoni yang sudah berabad-abad lamanya dipraktikkan oleh mereka. Penelitian berfokus pada beberapa tahap pokok dalam pelaksanaan ritus, yaitu fase pemilihan sebidang tanah, fase menanam, fase memanen dan fase menyimpan panenan di lumbung. Penelitian penulis ini direfleksikan secara filosofis dalam kerangka gagasan antropologis Mircea Eliade. Menurut Eliade, melakukan ritus itu berhubungan dengan kepercayaan akan kekuatan supernatural. Ritus adalah instrument yang menyatukan antara yang sakral dan yang profane, antara manusia dan Pencipta. Di saat ritus dilakukan, manusia dibimbing kepada waktu primordial, waktu asali ketika Allah pertama menciptakan seluruh dunia. Mayoritas Suku Atoni adalah Katolik. Pertanyaannya apakah ritus tmeup lele ini dapat diterima dan diintegrasikan ke dalam iman Katolik? Jawabannya adalah tidak, karena kami percaya bahwa semua berkat, termasuk tanah yang subur, hujan yang memadai dan panen yang berlimpah itu berasal dari Allah dan bukan berasal dari Uis Pah dan Be'i Na'i. Suku Atoni saat ini mempraktikkan system beriman ganda. Di satu pihak mereka mempraktikkan agama tradisional dan di lain pihak, mereka mempraktikkan iman Katolik, praktik iman seperti ini menyodorkan tantangan dan kesempatan kepada Gereja local untuk secara bijak mewartakan Injil kepada umat setempat. Beberapa hal positif yang saya usulkan untuk membangun Gereja local adalah sebagai berikut: pertama, meneguhkan dan menguatkan iman Kristen dengan pengajaran katekese tentang Allah dan penyelenggaraanNya. Kedua, ritus tmeup lele dapat menjadi sumber inspirasi bagi kesadaran ekologis bagi umat setempat. Umat setempat bisa belajar nilai-nilai dari ritus tmeup lele bagaimana menghormati dan melindungi bumi, lingkungan dan ciptaan lain. Ketiga, ritus tmeup lele memiliki dimensi komunal yang sangat penting untuk umat setempat untuk membangun hidup komunitas. Dalam konteks iman Kristen, nilai hidup komunitas itu sangat penting dalam membangun komunitas basis gerejawi yang kuat.
Availability
14.01023 | 261.21 FRA r | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
261.21 FRA r
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2016 |
Collation |
xi + 101hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
261.21
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available