Record Detail
Advanced SearchText
Topeng Malang (Tinjauan Estetika Hans-Georg Gadamer)
Manusia dalam rentang waktu dan tempat selalu berusaha menyingkap realitas terdalam kehidupan. Usaha menyingkap realitas sering berbenturan dengan kondisi lingkungan, adat, dan budaya setempat. Seni merupakan jembatan klasik dan simbolis untuk menyingkap realitas yang ada. Dalam kesederhanaan, tanpa banyak uraian, penjelasan dan aturan, seni menyingkap makna terdalam kehidupan ini. Melalui seni, hati dan budi digerakkan menuju suatu pengondisian yang matang dan penuh interpretasi. Seni merupakan cermin sebuah kebudayaan. Perubahan dan pergeseran nilai seni suatu daerah menunjukkan pergeseran kebudayaan daerah tersebut. Pudarnya seni menjadi indikasi pudarnya nilai-nilai luhur suatu kebudayaan. Menceritakan makna kehidupan dalam tradisi menjadi peran suatu kebudayaan. Kehilangan sebuah kebudayaan cerita akan makna kehidupan. Salah satu bentuk seni tertua adalah topeng. Topeng membingkai kehidupan dalam bentuk dan ornamen yang harmonis. Keindahannya tidak hanya ditangkap secara visual melainkan juga lewat pengenalan dan penyelaman makna yang hendak disampaikannya. Dalam topeng selalu ada makna komunikatif dan simbolis yang hendak disematkan. Salah satu bentuk seni tersebut ialah Topeng Malang. Topeng Malang digunakan dalam pertunjukan Wayang Topeng Malang. Semua pemain yang berperan sebagai wayang mengenakan topeng untuk menutup wajahnya. Topeng Malang, merupakan salah satu bentuk seni tertua di Malang. Topeng menyajikan pemaknaan kehidupan dalam bentuk simbol. Warna dan bentuk topeng merepresentasikan karakter dan hasrat terdalam. Ketersembunyian misteri kehidupan manusia, ibarat ketersembunyian wajah dalam topeng. Kehidupan dalam sejuta misteri, memiliki topeng yang sering harus dipilih dan diperankan. Usaha untuk memilih topeng, kerap menentukan peran dan lakon apa yang harus dimainkan. Kisah Panji dan Klana Sewandana yang merepresentasikan kebaikan dan kejahatan menjadi nilai luhur yang tersirat dalam Topeng Malang. Ironisnya nilai luhur ini tidak selalu memiliki kekuatan untuk melestarikan suatu karya seni. Arus globalisasi menjadi tantangan tersendiri bagi eksistensi seni tradisional, khususnya Topeng Malang. Inilah paradoks kehidupan, ketika yang benar tidak selalu menjadi pilihan bahkan ditinggalkan karena arus zaman yang semakin dinamis. Manusia meninggalkan Topeng Malang dan memilih mengenakan topeng-topeng kehidupan.
Availability
14.01022 | 121.68 SUM t | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
121.68 SUM t
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2016 |
Collation |
xii + 125hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
121.68
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available