Iman sebagai tanggapan manusia atas wahyu Allah tidak terlepas dari nilai-nilai budaya yang telah diwarisinya secara turun temurun. Dan nilai-nilai budaya tersebut sesungguhnya dapat dijadikan sebagai sarana untuk mewartakan nilai-nilai iman. Usaha inilah juga yang hendaknya dikembangkan di tanah Batak. Salah satu dari nilai-nilai budaya yang dihidupi oleh orang Batak Toba adalah Dalihan Natolu. Dalihan Natolu merupakan sebuah sistem kekerabatan orang Batak Toba yang mengatur tata hidup bersama orang Batak Toba sebagai suatu kumpulan masyarakat. Terdapat nilai-nilai baik dalam Dalihan Natolu yang perlu diangkat dan dijadikan sebagai sarana untuk mewartakan ajaran-ajaran iman Kristiani serta mengakarkan Injil di tanah Batak. Hadirnya Dalihan Natolu dalam budaya Batak Toba sesungguhnya berakar dari kepercayaan orang Batak Toba akan Kemahakuasaan Debata Mulajadi Nabolon yang adalah Tuhan pencipta dan penyelenggara kosmos. Bagi orang Batak Toba, Debata Mulajadi Nabolon adalah transenden dan imanen. Ia transenden sebagai pencipta dan imanen dalam dewata-dewata (debata natolu). Orang Batak Toba percaya bahwa debata natolu merupakan representasi Debata Mulajadi Nabolon dalam mencipta, mengasihi, menghukum, mengatur dan memelihara kosmos ini. Sedangkan dalam mikrokosmos, kehadiran Debata Mulajadi Nabolon diatributkan kepada Dalihan Natolu untuk mengasihi, menghukum, mengatur, memelihara dan menciptakan keteraturan hidup dan kebaikan bersama dalam kehidupan orang Batak Toba. Dalam usaha untuk menyelaraskan penghayatan iman yang sesuai dengan budaya dan konteks hidup orang Batak Toba, penulis menguraikan beberapa sumbangan konkret, yakni merumuskan teologi baru, merancang misi Gereja dan membangun komunitas basis Gerejawi yang didasarkan pada nilai-nilai kearifan lokal Dalihan Natolu. Sumbangan ini diharapkan akan mampu menampilkan wajah Gereja Katolik yang baru di tanah Batak, yakni wajah Gereja Katolik yang sesuai dengan jiwa orang Batak Toba.