Record Detail
Advanced SearchText
Otentisitas Manusia Toraja dalam Ritus Aluk Bua (Gagasan filosofis tentang manusia Toraja)
Tesis ini adalah pencarian otentisitas manusia Toraja. Pencarian manusia sejati ini dimulai dari pertanyaan filosofis: manusia Toraja dari mana? Bagaimana? Dan, mau ke mana? Pertanyaan dari mana, adalah pertanyaan yang menanyakan tentang status ontologis manusia. Jawaban atas pertanyaan ini akan ditelusuri dalam mitologi yang ada dalam kosmologi dan genealogi manusia Toraja. Pertanyaan, bagaimana adalah pertanyaan yang mau mempertanyakan nilai yang dihidupi oleh manusia Toraja dalam kosmos. Penelusuran ini akan dilihat dalam ritus aluk bua' khususnya dalam litani-litani yang disampaikan oleh to minaa pada saat pelaksanaan ritus. Pertanyaan, mau ke mana, merupakan pertanyaan metafisik, status manusia setelah mati. Pencarian manusia sejati, telah dijawab dalam tesis ini, bahwa manusia Toraja adalah homo religiosus, yang memaknai hidupnya dalam harmoni. Harmoni yang dimaksud adalah, manusia Toraja memaknai hidupnya dalam nilai sangserekan. Homo religiosus dengan demikian adalah, manusia yang di dalam dirinya ada kodrat relasi yang harus senantiasa diwujudkan dalam kosmos. Kodrat relasi yang melekat dalam diri manusia, membuatnya memandang kosmos sebagai dirinya sendiri. Manusia melihat kosmos bukan sebagai subaltern yang dapat dieksploitasi. Merusak kosmos adalah merusak dirinya sendiri. Otentisitas manusia terlihat dari bagaimana dia memperlakukan yang lain. Eksistensi manusia dengan demikian ditentukan oleh keberadaan yang lain. Yang lain menyadarkan manusia, bahwa dia tidak sendirian dalam kosmos. Keberadaan bersama yang lain, mengharuskan manusia untuk membangun relasi. Manusia yang tidak membangun relasi dengan yang lain, adalah manusia yang kehilangan identitasnya. Manusia seperti ini tidak lagi memiliki keontentikan pada dirinya. Itu sebabnya manusia seperti ini mudah dikonstruksi oleh nilai-nilai baru yang tidak dipahaminya. Pencarian tesis ini secara dalam menyingkapkan, siapa manusia Toraja, dan seperti apa nilai yang dihidupi dalam kosmos. Ada bersama dengan yang lain (being with other), adalah keniscayaan hidup, karena di sana manusia menyatakan eksistensinya. Kehadiran yang lain sebagai saudara kembar manusia (sangserekan) dengan demikian menyatakan eksistensi manusia sebagai makhluk yang rasional. Eksistensi manusia Toraja adalah eksistensi dalam kehadirannya bersama dengan yang lain, untuk membangun harmoni. Eksistensi manusia Toraja dengan demikian hanya dapat dikenal dalam relasi yang dibangunnya bersama yang lain. Eksistensi manusia ditentukan oleh kehadiran yang lain, tanpa kehadiran yang lain, hidup menjadi tidak bermakna. Tidak bermakna karena di sana tidak ada nilai sangserekan, sebagai nilai keutamaan dalam menemukan otentisitasnya.
Availability
14.02004 | 959.86 BUN o | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
959.86 BUN o
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2016 |
Collation |
xi + 190hlm: 22x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
959.86
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available