Record Detail
Advanced SearchText
Kepemimpinan Kesatria Bagi Para Imam: Belajar dari figur Patih Suwanda dalam Serat Tripama
Kepemimpinan Imam dalam Gereja Katolik tidak dapat dilepaskan dari dua area yang menjadi ladang kepemimpinannya, yaitu pemimpin dalam peribadatan Gereja dan pemimpin dalam struktur organisasi Gereja. Tugas kepemimpinan merupakan anugerah yang diterima melalui sakramen imamat. Melalui tahbisan yang diterimanya, para imam menjadi serupa dengan Yesus Kristus, Sang Kepala dan Gembala Gereja. Namun dalam praktiknya, tugas kepemimpinan tersebut belum dapat terlaksana dengan baik. Padahal sebagai imam, mereka harus berusaha untukl meneladani pribadi Yesus Kristus sebagai gembala dan pelayan yang rela menyerahkan diri-Nya bagi Gereja. Hal ini sejalan dengan figur Patih Suwanda dalam Serat Tripama karangan KGPAA Mangkunegara IV. Dalam karya tersebut, Sri Mangkunegara IV memuji pengabdian dan kesetiaan Patih Suwanda kepada Prabu Arjunasasrabahu dalam menjalankan tugas. Bahkan sampai mengorbankan nyawanya demi raja dan negaranya. Hal ini tidak lepas dari prinsip yang dihidupi oelh Patih Suwanda, yaitu guna, kaya, purun. Guna berarti pandai dalam melaksanakan tugas. Kaya berarti mampu dan berkecukupan harta bukan untuk dirinya sendiri. Purun berarti berani dan bertanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Ketiga hal tersebut menjadi dimensi kepemimpinan yang mengarahkan patih Suwanda untuk menjadi manusia utama. Ketiga dimensi kepemimpinan yang dihidupi oleh Patih Suwanda tersebut, dapat dicontoh bagi para imam dalam menjalankan tugas kepemimpinannya. Para imam adalah pribadi yang pandai karena telah dibekali berbagai ilmu dan keterampilan selama masa pembinaan. Selain itu, para imam adalah pribadi dewasa yang mampu mengendalikan diri dan mengesampingkan kepentingan pribadi. Dan para imam adalah pribadi pemberani dalam menyuarakan kebenaran demi gereja dan masyarakat. Ketiga dimensi tersebut akan mengarahkan para imam untuk menjadi manusia utama, yaitu Yesus Kristus, Sang Kepala dan Gembala Gereja. Oleh karena itu, dengan belajar dari figur Patih Suwanda dalam Serat Tripama, para imam diharapkan dapat menjadi pemimpin kesatria, yaitu pemimpin yang pandai, setia, taat, kaya, dan berani dalam melaksanakan tugas, serta berani mengambil risiko atas sikap dan tindakannya. Dalam hal ini diwujudkan melalui keberanian untuk memperjuangkan kebaikan dan melawan ketidakadilan dalam Gereja dan masyarakat, seturut teladan Yesus Kristus sendiri. Dengan demikian, para imam sejauh menghadirkan Yesus Kristus Kepala dan Gembala Gereja, mereka tidak hanya ditempatkan di dalam Gereja, tetapi di garis depan Gereja karena mereka mengabdi Gereja dan masyarakat.
Availability
16.01012 | 158. 4 Kun k | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
158.4 Kun k
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2018 |
Collation |
x + 114hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
158.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available