Kemiskinan Injili adalah salah satu aspek dari hidup seorang imam diosesan. Oleh Konsili Vatikan II, ketaatan, kemurnian (selibat), dan kemiskinan Injili ditegaskan sebagai tuntutan-tuntutan rohani yang khas dalam kehidupan imam (PO 15-17). Kemiskinan Injili ini bukan berarti para imam diosesan harus meremehkan atau menolak harta jasmani, melainkan menggunakan harta benda dengan cermat dan bertanggung jawab (PDV 30). Dalam karya tulis ini, penulis berusaha memahami kemiskinan Injili para imam diosesan dengan mengacu pada teologi kekayaan Lukas dan beberapa dokumen Gereja. Ada beberapa langkah yang ditempuh dalam karya tulis ini. Langkah pertama, mempelajari latar belakang teologi kekayaan Lukas. Penulis mendalami penelitian para sarjana yang berusaha untuk merekonstruksi situasi jemaat Lukas berkenaan dengan teologi kekayaannya. Langkah kedua mendalami beberapa teks Lukas yang berbicara tentang bagaimana kekayaan yang adalah anugerah Tuhan itu digunakan secara tepat. Langkah ketiga mengaktualisasikan pesan Lukas perihal penggunaan kekayaan secara tepat bagi penghayatan kemiskinan Injili imam diosesan. Melalui langkah demi langkah ini, penulis berharap bisa memiliki pemahaman yang tepat tentang kemiskinan sukarela imam diosesan.