Sebelum menderita sangsara, Yesus berdoa kepada Bapa-Nya agar para pengikut-Nya bersatu (Yoh.77:21). Doa Yesus ini tampaknya gagal karena banyak perpecahan yang terjadi di dalam Gereja Salah satu perpecahan besar dalam Gereja adalah munculnya gereja Protestan pada abad XVI yang diprakarsai oleh Martin Luther, Zwngly dan Johanes Calvin. Indonesia adalah salah satu negara di mana gereja-gereja Protestan (terutama aliran Calvinis) berkembang dengan pesat. Bahkan saat ini, jumlahnya lebih dari 300 denominasi dan menyebar di setiap daerah. Sementara itu, Gereja Katolik di Indonesia hidup bersama dengan gereja-gereja Protestan tersebut. Menyadari realitas perpecahan ini, tampaklah bahwa ekumenisme menjadi kebutuhan mendesak di Indonesia. Ekumenisme adalah jalan untuk mengatasi perpecahan yang terjadi. Ada dua masalah pokok dalam tesis ini, yakni apa konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus dalam Surat Efesus dan apa relevansinya bagi kerja sama ekumenis Katolik-Protestan. Ada dua tujuan juga yang hendak digali oleh penulis, yakni mendalami konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus dalam Surat Efesus dan menemukan relevansi konsep ini bagi kerja sama ekumenis Katolik-Protestan. Di dalam beberapa dokumen ekumenisme, ditemukan kutipan teks Efezus yang mengandung konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus. Hal ini menunjukkan bahwa teks-teks Efesus menjadi landasan biblis setiap kerja sama ekumenis Katolik Protestan yang telah dilakukan dan yang akan terus dilakukan. Dengan demikian, teks-teks Efesus yang memuat konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus sangat penting bagi ekumenisme. Konsep yang menekankan kesatuan dengan Kristus sebagai Kepala Gereja dan kesatuan dengan sesarana umat beriman ini menjadi fondasi yang kokoh setiap kerja sama ekumenis. Karena itu, dalam memajukan dan mengokohkan kerja sama ekumenis, Gereja Katolik dan Gereja-Gereja Protestan perlu menggali lagi secara lebih mendalam nilai-nilai kesatuan kristiani yang ditawarkan oleh Surat Efesus melalui konsep Gereja sebagai Tubuh Kristus.