Record Detail
Advanced SearchText
Persetubuhan Suami Istri sebagai Perwujudan Arti Nupsial Tubuh Manusia dan Relevansinya bagi Suami Istri Katolik: Sebuah Tinjauan berdasarkan Teologi Tubuh Yohanes Paulus II
Persetubuhan merupakan suatu aktivitas penting yang mesti dilakukan oleh suami istri. Menjadi suami istri berarti dipanggil untuk bersetubuh. Tak ada orang yang dipanggil menjadi suami istri, tanpa berhubungan seksual. Dalam konteks ini dapat dikatakan bahwa persetubuhan antara suami istri dalam ranah perkawinan merupakan sesuatu yang baik, halal, suci, dan harus dilakukan. Namun, dewasa ini persetubuhan suami istri seringkali dipahami dan dilakukan semata-mata hanya sarana untuk memenuhi hasrat dan memperoleh kenikmatan seksual salah satu atau dua pihak. Selain itu, persetubuhan suami istri seringkali jatuh pada tindakan kekerasan seksual. Kekerasan seksual ini terjadi tatkala salah satu pihak memaksa pasangannya untuk melakukan persetubuhan. Persoalan lain yang seringkali terjadi adalah bahwa tidak sedikit pasangan suami istri Katolik yang dalam usia subur tidak mau memiliki keturunan. Bagi kelompok ini, persetubuhan dipahami sebagai sebuah aktivitas yang menyatukan kedua belah pihak (unitif), bukan untuk menghasilkan keturunan (prokreatif). Di samping itu, ada juga orang yang ingin memperoleh anak tetapi tidak mau menjalin ikatan perkawinan yang stabil dan seumur hidup dengan pasangannya. Di sini, kedua dimensi persetubuhan (unitif dan prokreatif) dilihat secara terpisah dan memiliki hierarki. Dengan bersumber pada gagasan Teologi Tubuh Yohanes Paulus II, penulis menunjukkan bahwa persetubuhan suami istri merupakan perwujudan dari arti nupsial tubuh manusia. Persetubuhan suami isti sebagai perwujudan arti nupsial tubuh manusia hendak mengatakan bahwa persetubuhan itu merupakan ekspresi atau ungkapan dari cinta antara suami dan istri. Sebagai perwujudan arti nupsial tubuh manusia, persetubuhan suami istri itu harus bersumber pada cinta yang tulus dan total. Dalam cinta yang tulus dan total terdapat pemberian dan penerimaan diri, tanggung jawab, pengorbanan, dan penghargaan akan pribadi. Sebagai perwujudan arti nupsial tubuh, persetubuhan suami istri merupakan ungkapan pembaharuan janji perkawinan, pemberian diri yang total, persatuan dan prokreasi, dan cetusan dari identitas manusia sebagai citra Allah.
Availability
13.01017 | 248.4 NSA p | Available |
Detail Information
Series Title |
-
|
---|---|
Call Number |
248.4 NSA p
|
Publisher | STFT Widya Sasana : Malang., 2015 |
Collation |
xii + 150hlm: 21,5x28cm
|
Language |
Indonesia
|
ISBN/ISSN |
-
|
Classification |
248.4
|
Content Type |
-
|
Media Type |
-
|
---|---|
Carrier Type |
-
|
Edition |
-
|
Subject(s) | |
Specific Detail Info |
-
|
Statement of Responsibility |
-
|
Other version/related
No other version available